Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil memperpanjang reli penguatannya bahkan mengakhiri pergerakan pada perdagangan hari ini, Senin (23/12/2019), di level penutupan tertinggi sejak 24 Oktober.
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup di level 6.305,91 dengan penguatan 0,34 persen atau 21,54 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Jumat (20/12), IHSG mengakhiri pergerakannya di level 6.284,37 dengan kenaikan 0,55 persen atau 34,44 poin.
Penguatan indeks mulai berlanjut pada Senin (23/12) dengan dibuka naik 0,40 persen atau 25,30 poin di posisi 6.309,67. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.270,54 – 6.315,72.
Lima dari sembilan sektor berakhir di zona hijau, dipimpin tambang (+3,10 persen) dan barang konsumen (+0,68 persen). Empat sektor lainnya berakhir di zona merah adalah properti (-0,79 persen).
Dari 670 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 174 saham menguat, 213 saham melemah, dan 283 saham stagnan.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) yang masing-masing naik 2,06 persen dan 18,84 persen menjadi pendorong utama penguatan IHSG.
Dilansir dari Bloomberg, PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) memperoleh kesepakatan pinjaman dari Bank QNB Indonesia. Dalam pengarsipan, perusahaan tambang ini mengatakan fasilitas pinjaman akan digunakan untuk modal kerja, jaminan bank, serta transaksi valas oleh Bayan Resources dan unit-unitnya.
Di sisi lain, tim riset Samuel Sekuritas Indonesia berpendapat berlanjutnya penguatan IHSG didukung sentimen positif global dan penguatan bursa saham Amerika Serikat.
Pada perdagangan Jumat (20/12), bursa saham AS ditutup positif dengan indeks S&P (+0,49 persen), Dow Jones (+0,28 persen), dan Nasdaq (+0,42 persen).
Pada Jumat, Presiden AS Donald Trump berbicara dengan Presiden China Xi Jinping melalui telepon. Mereka mengklaim adanya kemajuan terkait isu-isu perdagangan Korea Utara dan Hongkong.
Sementara itu, indeks saham lainnya di Asia tampak berakhir variatif di tengah rendahnya volume perdagangan menjelang libur Natal.
Selain IHSG, di antara yang berakhir di zona hijau adalah indeks Nikkei 225 Jepang (+0,22 persen) dan indeks Hang Seng Hong Kong (+0,13 persen). Meski demikian, indeks Kospi Korea Selatan turun tipis 0,02 persen.
Adapun indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing ditutup melorot 1,40 persen dan 1,25 persen akibat terbebani pelemahan saham teknologi.
Di pasar global, tensi perdagangan secara keseluruhan mereda menjelang akhir tahun, sekaligus meredakan keresahan para investor. Pemerintah China menyatakan akan memangkas tarif impor pada sejumlah produk termasuk makanan, barang-barang konsumen, dan bagian ponsel pintar.
Langkah tersebut dilakukan di tengah upaya Beijing untuk mengurangi hambatan perdagangan dan memacu permintaan domestik. Sementara itu, penandatanganan kesepakatan fase pertama dari kesepakatan perdagangan AS-China akan dilakukan pada Januari 2020.
“Ada justifikasi untuk mengatakan bahwa fundamental-fundamental telah berubah, tetapi kami belum melihat konfirmasi harga ataupun data,” ujar Kyle Rodda, seorang analis di IG Markets Ltd. kepada Bloomberg TV.
“Risikonya miring ke atas, tetapi saya masih berpikir itu adalah gambaran sementara pada saat ini,” tambahnya.
Di Inggris, nilai tukar pound sterling terhadap dolar AS berada di kisaran level US$1,30 setelah mengalami pekan terburuknya dalam lebih dari dua tahun, di tengah kekhawatiran soal hard Brexit.
Berbanding terbalik dengan IHSG, nilai tukar rupiah ditutup melemah tipis 1 poin atau 0,01 persen di level Rp13.979 per dolar AS, setelah mampu menguat empat hari perdagangan berturut-turut sejak 17 Desember 2019.
Saham-saham pendorong IHSG: | |
---|---|
Kode | Kenaikan (persen) |
BBRI | +2,06 |
BYAN | +18,84 |
HMSP | +2,38 |
BBNI | +1,60 |
Saham-saham penekan IHSG: | |
---|---|
Kode | Penurunan (persen) |
TOPS | -24,34 |
EMTK | -7,59 |
ICBP | -1,08 |
ASII | -0,36 |
Sumber: Bloomberg