Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laju Dolar AS Sepanjang Tahun 2019, Suku Bunga dan Perang Dagang jadi Sentimen Utama

Pergerakan mata uang dolar Amerika Serikat cenderung stabil sepanjang meski masih mencatatkan kinerja positif sepanjang tahun 2019 ini.
Ilustrasi Dolar AS/Reuters
Ilustrasi Dolar AS/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan mata uang dolar Amerika Serikat cenderung stabil sepanjang meski masih mencatatkan kinerja positif sepanjang tahun 2019 ini.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS, yang melacak pergerakan mata uang dolar terhadap enam mata uang utama lainnya, terpantau menguat 1,03 persen sejak awal tahun ini hingga hari ini, Selasa (17/12/2019).

Sepanjang tahun ini, indeks dolar AS sempat menyentuh level tertingginya pada 1 Oktober 2019 di posisi 99,667, sedangkan level terendah dicapai pada 10 Januari 2019 ketika menyentuh posisi 95,029.

Berbagai sentimen menjadi motor penggerak indeks dolar AS tahun ini, di antaranya penurunan suku bunga Federal Reserve sebanyak tiga kali tahun ini, serta perkembangan dari perang perdagangan antara AS-China. Selain itu, sejumlah data ekonomi juga turut andil dalam pergerakan dolar.

Bisnis.com merangkum sejumlah peristiwa penting sepanjang tahun 2019 yang menjadi penggerak terhadap dolar AS.

Perundingan Perdagangan AS-China Pertama Tahun Ini

Laju Dolar AS Sepanjang Tahun 2019, Suku Bunga dan Perang Dagang jadi Sentimen Utama

Pertemuan antara Trump dan Xi Jin Ping/Reuter

China dan AS melakukan pembicaraan perdagangan pertama sejak berlakunya gencatan perang dagang 90 hari yang berakhir pada 1 Maret. Pertemuan antara wakil Perdana Menteri China Liu He dan Ketua US Trade Representative Robert Lighthizer berlangsung di Beijing.

Indeks dolar AS tercatat melemah hingga level terendah tahun 2019 dengan pelemahan 0,19 persen ke posisi 95,029.

Dolar AS melemah karena minat terhadap aset berisiko meningkat setelah perundingan perdagangan antara kedua negara berakhir pada 9 Januari 2019 dan para pejabat mengatakan perincian akan segera dirilis.

Pembicaraan tersebut diperpanjang menjadi tiga hari dari jadwal sebelumnya yang hanya berlangsung 7 hingga 9 Januari 2019.

“Perlambatan besar dalam pertumbuhan Tiongkok dan pasar ekuitas AS yang mengikuti kelemahan pasar ekuitas di wilayah lain memberikan sedikit dorongan untuk perjanjian yang dinegosiasikan berlangsung dalam beberapa bulan ke depan,” kata Jason Wong, pakar strategi pasar senior di BNZ Markets di Wellington.

30 Januari, The Fed Tahan Suku Bunga

Dolar AS kembali terpukul usai Federal Reserve melakukan pertemuan dan mengumumkan untuk tetap bertahan pada kebijakannya untuk tidak menaikkan suku bunga.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan hari ini, Kamis (31/1/2019) pukul 18.00 WIB, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan mata uang major bergerak di zona merah, melemah 0,04% menjadi 95,38.

4 Maret, Trump Sebut Penguatan Dolar Rusak Daya Saing AS

Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memberikan kritik terhadap Federal Reserve dan mengatakan bahwa ketatnya kebijakan moneter yang menguatkan dolar AS telah merusak daya saing Negara Paman Sam.

Presiden Donald Trump yang telah menjadikan ekonomi sebagai bagian penting dari platform politiknya, telah berulang kali mengkritik Federal Reserve dan ketuanya, Jerome Powell, karena menaikkan suku bunga. Pasalnya, mata uang yang lebih lemah umumnya membuat ekspor suatu negara lebih kompetitif.

"Saya ingin dolar yang kuat, tetapi saya ingin dolar yang bagus untuk negara kita, bukan dolar yang begitu kuat sehingga menjadi penghalang kita berurusan dengan negara lain," ujar Trump seperti dikutip dari Reuters, Senin (4/3/2019).

Pada 4 Maret, dolar AS tercatat menguat 0,16 persen ke level 96,682.

31 Juli 2019, The Fed Pangkas Suku Bunga Acuan

Laju Dolar AS Sepanjang Tahun 2019, Suku Bunga dan Perang Dagang jadi Sentimen Utama

Gubernur The Fed jerome Powell/Reuters

The Fed mengumumkan pemangkasan suku bunga acuannya untuk pertama kali sejak 2008 dalam sebuah langkah yang disebut oleh Gubernur Jerome Powell sebagai strategi yang dirancang untuk mengantisipasi risiko penurunan.

Dalam kesempatan konferens pers setelah pertemuan anggota FOMC berakhir, Powell mengatakan bahwa kebijakan ini pada dasarnya dianggap sebagai langkah yang normal di tengah penyesuaian.

"Ini bukan awal dari serangkaian pemotongan [suku bunga], tetapi saya tidak mengatakan akan hanya ada satu penurunan [suku bunga]," kata Powell, seperti dikutip melalui Bloomberg, Kamis (1/8/2019).

Para bankir bank sentral sepakat, kecuali dua pejabat yang berbeda pendapat, untuk menurunkan kisaran batas suku bunga acuan sebesar seperempat poin menjadi 2%-2,25%.

Merespon keputusan The Fed ini, indeks dolar AS melonjak cukup tajam pada perdagangan 31 Juli. Dolar tercatat menguat 0,475 persen atau 0,466 poin ke level 98,516.

19 September, The Fed Kembali Pangkas Suku Bunga

Laju Dolar AS Sepanjang Tahun 2019, Suku Bunga dan Perang Dagang jadi Sentimen Utama

Gedung The Fed/Reuters

Untuk kedua kalinya tahun ini, bank sentral Amerika Serikat (AS) menurunkan suku bunga acuannya. Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan langkah kebijakan yang moderat akan cukup untuk mempertahankan ekspansi AS.

“Kami mengambil langkah ini untuk membantu menjaga ekonomi AS tetap kuat dalam menghadapi beberapa perkembangan penting dan untuk memberikan perlindungan terhadap risiko yang sedang berlangsung,” ujar Powell pada Rabu (18/9/2019) setelah The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi kisaran 1,75 persen – 2 persen.

“Pelemahan dalam pertumbuhan global dan kebijakan perdagangan telah membebani perekonomian,” tambahnya, seperti dilansir melalui Bloomberg.

Menyusul penurunan suku bunga ini, dolar AS sempat menguat hingga 0,366 poin ke level 98,638, sebelum melandai dan ditutup menguat di posisi 98,272 karena pemangkasan suku bunga ini sebagian besar telah diantisipasi pasar.

30 Oktober, Pemangkasan Suku Bunga ke Tiga Tahun Ini

Laju Dolar AS Sepanjang Tahun 2019, Suku Bunga dan Perang Dagang jadi Sentimen Utama

Dolar AS/Reuters

Federal Reserve kembali memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin untuk ketiga kalinya tahun ini dan mengisyaratkan jeda pemotongan lebih lanjut kecuali jika prospek ekonomi berubah.

Dilansir Bloomberg, setelah pertemuan Federal Open Market Committee yang berakhir Rabu (30/10), pejabat the Fed mengubah bahasa dalam pernyataannya untuk "bertindak dengan sesuai untuk mempertahankan ekspansi," sambil menambahkan janji untuk memantau data karena bank sentral menilai jalur yang sesuai dari kisaran target untuk tingkat dana federal.

"Kami percaya kebijakan moneter ada di tempat yang baik," kata Gubernur The Fed Jerome Powell pada konferensi pers menyusul keputusan tersebut.

"Kami melihat sikap kebijakan saat ini sepertinya akan tetap sesuai selama informasi yang masuk tentang ekonomi masih konsisten dengan pandangan kami,” lanjutnya, seperti dikutip Reuters.

Sejalan dengan pernyataan bulan September lalu, FOMC mengutip implikasi perkembangan global dalam memutuskan untuk menurunkan kisaran target suku bunga acuan bank menjadi 1,5-1,75 persen. Powell juga mencatat dalam konferensi pers bahwa risiko yang terkait dengan ketegangan perdagangan dan Brexit menunjukkan tanda-tanda mereda.

Namun, kurangnya sinyal yang eksplisit dari The Fed terkait dengan jeda langkah pelonggaran untuk saat ini, dianggap kurang hawkish dari yang diperkirakan sehingga menyebabkan penurunan dolar AS.

Dolar AS pun melemah pada perdagangan 31 Oktober, sehari setelah pengumuman suku bunga ini. Indeks dolar tercatat ditutup turun 0,29 poin ke level 97,352 dan sempat melemah hingga minus 0,426 poin.

Perkembangan Perang Perdagangan Turut Tekan Dolar AS

Laju Dolar AS Sepanjang Tahun 2019, Suku Bunga dan Perang Dagang jadi Sentimen Utama

Aktivitas di salah satu mal di US/Reuters

Pelemahan dolar AS pada 31 Oktober juga dipengaruhi oleh kabar bahwa Chile telah menarik diri sebagai tuan rumah KTT perdagangan APEC pada bulan November mendatang.

Padahal, agenda tersebut diperkirakan bakal dimanfaatkan oleh pemerintah AS dan China untuk mengambil langkah-langkah besar mengakhiri perang dagang antara kedua negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper