Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Risiko Hard Brexit Meningkat, Pound Sterling Berbalik Melemah

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 13.45 WIB, pound sterling berada di level US$1,327 per pound sterling, melemah 0,47%.
Pound sterling. /Reuters
Pound sterling. /Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Pound sterling merosot pada perdagangan Selasa (17/12/2019) menyusul laporan tentang rencana Perdana Menteri Inggris Boris Johnson untuk mengubah hukum demi menjamin Brexit tidak akan diperpanjang lagi melampaui batas waktu 31 Januari 2020.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 13.45 WIB, pound sterling berada di level US$1,327 per pound sterling, melemah 0,47%. Padahal dalam beberapa perdagangan terakhir pound sterling berhasil reli dan sempat melonjak sebanyak 2,7% pada perdagangan Jumat (13/12/2019), menjadi kenaikan intraday terbesar sejak April 2017.

Analis IG Markets Melbourne Kyle Rodda mengatakan bahwa momentum pound sterling untuk menguat telah usai setelah pasar mencerna kemenangan Partai Konservatif pada pemilihan umum Inggris. Kini risiko hard-brexit  kembali hadir dan menekan pound sterling.

“Boris Johnson mengambil sikap tegas pada Brexit dan potensi Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan kembali menguat,” ujar Kyle seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (17/12/2019).

Sementara itu, Kepala Strategi Mata Uang Mizuho Securities Masafumi Yamamoto mengatakan bahwa pasar pesimistis kesepakatan akan dibuat hanya dalam waktu satu bulan, sehingga berasumsi bahwa periode transisi akan diperpanjang kembali.

"Sepertinya Johnson akan mengambil pendekatan garis keras, yang pasar tidak begitu suka mengingat ekonomi Inggris tampaknya akan memburuk ketika orang dan perusahaan mulai meninggalkan negara itu karena Brexit, reli short-covering sterling berakhir,” ujar dia seperti dikutip dari Reuters, Selasa (17/12/2019).

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson merencanakan undang-undang yang akan mencakup teks hukum untuk mencegah pemerintah menunda batas waktu Inggris keluar dari Uni Eropa bahkan jika tidak ada ketentuan perdagangan baru untuk diamankan sebelum tenggat waktu tersebut.

Risiko Hard Brexit Meningkat, Pound Sterling Berbalik Melemah

Seperti yang diketahui batas waktu Brexit telah dua kali ditunda, yaitu pada 29 Maret dan 31 Oktober dengan kebuntuan dari isi kesepakatan, termasuk Irish Backstop atau perbatasan Irlandia.

Jika pada 31 Januari 2020 Brexit kembali ditunda, maka pertumbuhan ekonomi Inggris dan Uni Eropa semakin lama berada dalam tekanan atas ketidakpastian dan ekspansi bisnis pun tertahan yang dapat memicu resesi.

Kendati demikian, sebagian pasar masih optimistis bahwa Boris Johnson dapat membawa Inggris keluar dari Uni Eropa melalui parlemen dan mengantongi kesepakatan mengingat sebagian besar kursi parlemen saat ini diduduki oleh partai Boris Johnson, Partai Konservatif.

Indeks Citigroup Inc. pun mengindikasikan dana mata uang hampir sepenuhnya membatalkan taruhan bearish pada pound sterling karena percaya mata uang Negara Ratu Elizabeth tersebut akan mendapatkan fundamental kuat untuk melonjak.

Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan dalam risetnya bahwa pound sterling berpotensi bergerak turun menguji level support di US$1,325 per pound sterling, dan penurunan lebih lanjut dari level tersebut akan menekan pound sterling menguji level support selanjutnya di US$1,322 dan US$1,3195 per pound sterling.

“Namun, jika gagal menembus level support US$1,3250, pound sterling berpotensi berbalik naik menguji level resistan di US$1,3215 per pound sterling, kenaikan lebih jauh dari level tersebut berpeluang mendorong pound sterling untuk menguji level resistan selanjutnya di US$1,3335 dan US$1,3355 per pound sterling,” ujar Yudi seperti dikutip dari publikasi risetnya, Selasa (17/12/2019).

Di sisi lain, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat 0,09% menjadi 97,104.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper