Bisnis.com, JAKARTA - PT Pelat Timah Nusantara Tbk. atau Latinusa optimistis membukukan pertumbuhan penjualan 7%-10% pada 2020.
Direktur Utama Pelat Timah Nusantara Ardhiman Trikaryawan Akanda menyampaikan perseroan berharap dapat mencetak pertumbuhan penjualan 7%-10% pada tahun depan. Optimisme ini seiring dengan beberapa katalis yang mendorong tingkat konsumsi masyarakat.
Dia menyampaikan bisnis perseroan terkait dengan sektor consumer goods, terutama industri makanan. Pertumbuhan belanja pemerintah pada tahun depan diharapkan menjadi pendorong bagi tingkat konsumsi masyarakat.
Apalagi, kata dia, perhelatan pemilihan umum telah berakhir. Sehingga, dampak tahun politik tidak lagi berimbas pada kinerja tahun depan.
Sebagai informasi, Latinusa bergerak dalam bidang industri baja lembaran lapis timah (tinplate). Perseroan melakukan kegiatan usaha penunjangg untuk mendirikan pabrik, memproduksi bahan baku kemasan, serta memasarkan bahan baku kemasan yang dihasilkan dari produksi sendiri baik langsung maupun tidak langsung.
"Latinusa bisnisnya lebih ke consumer goods, berkaitan dengan industri makanan. Perhelatan politik mestinya semua sudah beres pada 2020. Apalagi, growth APBN semua memberikan angka yang lebih baik. Ini sejalan dengan proyeksi kami," katanya dalam public expose insidentil pada Rabu (18/12/2019).
Hingga kuartal III/2019, perseroan mencetak penjualan bersih sebesar US$123,79 juta atau naik 0,27% secara tahunan. Penjualan itu berasal dari pasar lokal sebesar US$123,80 juta dan ekspor sebesar US$1,05 juta.
Penjualan kepada PT United Can berkontribusi 16% terhadap penjualan, sedangkan penjualan kepada PT Indonesia Multi Colour Printing berkontribusi sebesar 13%.
Dari segmen produk, penjualan coil turun 8,95% menjadi US$67,92 juta, sedangkan penjualan sheet naik 14,35% menjadi US$55,87 juta. Rugi selisih kurs menurun 89,24% menjadi US$369.607, dari semula US$3,44 juta.
Dengan begitu, laba bersih yang dibukukan sebesar US$1,84 juta per 30 September 2019, dari sebelumnya mencetak rugi US$3,20 juta per 30 September 2018.
Ardhiman mengatakan meyakini perolehan kuartal IV dapat lebih baik dari kuartal III selama nilai tukar rupiah bergerak stabil.
"Penguatan rupiah pengaruhnya besar sekali. Bisnis kami sangat sensitif terhadap pergerakan kurs karena material dari impor dan penjualannya domestik menggunakan rupiah," katanya.