Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berkat The Fed, Rupiah Kembali Menguat

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (12/12/2019) rupiah ditutup di level Rp14.032 per dolar AS, menguat tipis 0,04% atau 5 poin.
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah berhasil menghentikan penurunannya selama dua hari berturut-turut dan ditutup menguat melawan dolar AS pada perdagangan Kamis (12/12/2019) setelah The Fed memberikan sinyal bahwa suku bunga acuan akan ditahan hingga 2020.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (12/12/2019) rupiah ditutup di level Rp14.032 per dolar AS, menguat tipis 0,04% atau 5 poin. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak stabil di level 97,165.

Ahli Strategi Makro DBS Bank di Singapura Chang Wei Liang mengatakan bahwa stabilitas kebijakan moneter global dan The Fed yang mengisyaratkan untuk mempertahankan suku bunga acuan hingga 2020 telah mendorong arus masuk ke aset berisiko, termasuk rupiah.

Namun, penguatan menjadi cenderung terbatas karena rupiah dibayangi oleh kemungkinan adanya pelonggaran defisit fiskal dari Pemerintah Indonesia.

“Oleh karena itu, pasangan USD/IDR diprediksi dapat diperdagangkan antara Rp14.000 per dolar AS hingga Rp14.150 per dolar AS dalam waktu dekat,” ujar Chang seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (12/12/2019).

Adapun, Pemerintah Indonesia tengah membahas untuk mengubah batasan pada defisit anggaran, yang akan memungkinkan pemerintah untuk lebih banyak membelanjakan dan meminjam untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Selain itu, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah mengatakan bahwa pihaknya juga telah melakukan intervensi di pasar obligasi dan berkomitmen untuk menjaga stabilitas rupiah.

Investor Gelisah

Sementara itu, Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa investor tampak masih gelisah karena batas waktu penerapan kenaikan tarif impor AS untuk China semakin dekat dan belum terdapat kejelasan tentang penundaan tarif tersebut.

Mengutip Reuters, Presiden AS Donald Trump direncanakan untuk bertemu dengan para penasihat perdagangan AS pada Kamis (12/12) untuk membahas batas waktu tarif impor AS untuk produk China.

“Oleh karena itu, dalam perdagangan akhir pekan [Jumat 13/12/2019] rupiah kemungkinan kembali menguat tapi terbatas dengan kisaran di level Rp14.005 per dolar AS hingga Rp14.050 per dolar AS,” ujar Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper