Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham TLKM dan UNVR Tertekan, IHSG Ditutup Melemah 0,66 Persen

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri pergerakannya di zona merah pada perdagangan hari ketiga berturut-turut, Kamis (12/12/2019).
Pengunjungi mengamati layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (15/11/2019)./ANTARA -Dhemas Reviyanto
Pengunjungi mengamati layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (15/11/2019)./ANTARA -Dhemas Reviyanto

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri pergerakannya di zona merah pada perdagangan hari ketiga berturut-turut, Kamis (12/12/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup melemah 0,66 persen atau 40,7 poin di level 6.139,40 dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Rabu (11/12), IHSG mengakhiri pergerakannya di level 6.180,1 dengan koreksi tipis 0,06 persen atau 3,41 poin.

Sebelum melanjutkan pelemahannya pada Kamis (12/12), indeks sempat beringsut ke zona hijau dengan dibuka naik tipis 0,09 persen atau 5,32 poin di posisi 6.185,42. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak fluktuatif di level 6.139,40–6.201,02.

Seluruh sembilan sektor berakhir di wilayah negatif, dipimpin properti (-1,53 persen), infrastruktur (-1,32 persen), dan barang konsumen (-1,21 persen).

Dari 668 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 151 saham menguat, 247 saham melemah, dan 270 saham stagnan.

Saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) yang masing-masing turun 2,47 persen dan 2,61 persen menjadi penekan utama IHSG pada akhir perdagangan.

Menurut tim riset Samuel Sekuritas Indonesia, pergerakan IHSG hari ini dipengaruhi penantian pasar atas penentuan tarif lanjutan AS terhadap impor China pada 15 Desember mendatang.

“Investor akan kembali mencermati tarif perang dagang yang akan diberlakukan AS pada 15 Desember 2019 terhadap barang impor China senilai US$160 miliar,” paparnya.

Sementara itu, Bank Dunia merilis laporan kuartalan edisi Desember 2019 dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5 persen pada 2019 dan 5,1 persen pada 2020.

Proyeksi tersebut lebih rendah dari proyeksi pada Juni 2019 yang diprediksi Indonesia tumbuh di level 5,1 persen pada 2019 dan 5,2 persen pada 2020.

Berbanding terbalik dengan IHSG, bursa Asia secara keseluruhan mampu naik, di antaranya indeks Nikkei 225 Jepang (+0,14 persen), indeks Hang Seng Hong Kong (+1,31 persen), dan Kospi Korea Selatan (+1,51 persen).

Dilansir dari Bloomberg, bursa Asia bergerak positif saat investor mencermati sinyal bank sentral Federal Reserve terkait suku bunga acuan AS.

 Setelah memangkas suku bunga acuan sebanyak tiga kali tahun ini, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran target antara 1,50 persen dan 1,75 persen dalam pertemuan kebijakan yang berakhir pada Rabu (11/12) waktu setempat (Kamis dini hari WIB).

Bank sentral AS tersebut juga mensinyalkan bahwa suku bunga acuan AS akan tetap dipertahankan hingga tahun depan, dengan mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang moderat dan tingkat pengangguran rendah diperkirakan akan berlanjut hingga perhelatan pemilihan presiden tahun 2020.

Langkah dan prospek yang disampaikan The Fed diterima sedikit bullish baik untuk pasar obligasi dan saham AS pada perdagangan Rabu (11/12).

Gubernur The Fed Jerome Powell mengindikasikan bahwa suku bunga akan tetap stabil kecuali jika ada perubahan yang berarti dalam prospek ekonomi.

Fokus investor saat ini beralih dari Washington ke Frankfurt, di mana Christine Lagarde akan menyampaikan keterangan pers perdananya sebagai Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis (12/12) waktu setempat.

Lagarde telah menjanjikan tinjauan strategi yang luas dan mengatakan bahwa stimulus moneter saat ini akan bertahan.

Para pelaku pasar kemudian juga tetap akan menantikan perkembangan soal prospek kesepakatan perdagangan AS-China guna mencegah pengenaan tarif baru terhadap impor China pada 15 Desember 2019.

“Faktanya adalah risiko peristiwa besar tetap ada, semua orang mengawasi untuk melihat apakah tarif 15 persen akan tetap diberlakukan,” terang Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone Group Ltd.  

Seiring dengan melemahnya indeks dolar AS pascarilis keputusan The Fed, nilai tukar rupiah mampu ditutup menguat tipis 5 poin atau 0,04 persen di level Rp14.033 per dolar AS.

Saham-saham penekan IHSG:

 Kode

Penurunan (persen)

TLKM

-2,47

UNVR

-2,61

MPRO

-24,82

CPIN

-5,43

Saham-saham pendorong IHSG:

Kode

Kenaikan (persen)

BBRI       

+0,95

TCPI

+7,86

BNLI

+4,38

BDMN

+3,83

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper