Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Pantang Melemah, IHSG Perpanjang Reli Kenaikan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil memperpanjang relinya dan berakhir di zona hijau pada perdagangan hari ketiga berturut-turut, Senin (9/12/2019), di tengah penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Penumpang bus Transjkarta melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)/ANTARA-Wahyu Putro A.
Penumpang bus Transjkarta melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)/ANTARA-Wahyu Putro A.

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil memperpanjang relinya dan berakhir di zona hijau pada perdagangan hari ketiga berturut-turut, Senin (9/12/2019), di tengah penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup naik 0,11 persen atau 6,92 poin di level 6.193,79 dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Jumat (6/12), IHSG mampu mengakhiri pergerakannya di level 6.186,87 dengan kenaikan 0,56 persen atau 34,75 poin, penguatan hari kedua sejak perdagangan Kamis (5/12).

Penguatan indeks bahkan terpantau sempat menembus level 6.200 pada Senin (9/12) setelah dibuka dengan kenaikan 0,12 persen atau 7,21 poin di posisi 6.194,08. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak fluktuatif di level 6.180,84 – 6.210,78.

Enam dari sembilan sektor berakhir di zona hijau, dipimpin properti (+1,60 persen) dan pertanian (+0,61 persen). Tiga sektor lainnya berakhir di zona merah, dipimpin infrastruktur (-1 persen).

Dari 667 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 206 saham menguat, 185 saham melemah, dan 276 saham stagnan.

Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) yang masing-masing naik 1,05 persen dan 0,96 persen menjadi penopang utama kenaikan IHSG pada akhir perdagangan.

Menurut Direktur PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya, secara jangka pendek, menengah, maupun panjang, masih terlihat pola uptrend pada pergerakan IHSG.

“Hal ini juga ditunjang beberapa faktor seperti masih tercatatnya inflow secara ytd, masih stabilnya perekonomian, serta kuatnya fundamental perekonomian kita hingga saat ini,” terang William melalui riset hariannya yang diterima Bisnis.

Sementara itu, nilai tukar rupiah lanjut ditutup menguat 28 poin atau 0,20 persen di level Rp14.010 per dolar AS, penguatan hari kelima beruntun sejak perdagangan Kamis (3/12/2019).

Dilansir dari Bloomberg, rupiah melanjutkan penguatannya setelah Bank Indonesia (BI) mengisyaratkan pendekatan yang berhati-hati untuk pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut.

“Daya tarik imbal hasil Indonesia dan stabilitas ekonomi kemungkinan akan menjaga rupiah pada kisaran Rp14.000-Rp14.150 dalam waktu dekat,” kata Khoon Goh, kepala penelitian Asia di ANZ.

Fokus utama pasar domestik selanjutnya adalah keputusan kebijakan BI pada 19 Desember mendatang. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan bahwa Indonesia telah memasuki ‘norma baru’ dari inflasi 3 persen yang rendah secara historis.

Ia mengisyaratkan suku bunga dapat tetap ditahan saat BI menunggu untuk mengukur dampak pelonggaran agresif dengan pemangkasan suku bunga hingga 100 basis poin sejak bulan Juli.

Bersama IHSG, indeks saham lainnya di Asia mayoritas berakhir di zona hijau. Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing berakhir menguat 0,51 persen dan 0,33 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan naik 0,33 persen.

Di China, indeks saham Shanghai Composite mampu berakhir naik tipis 0,08 persen meskipun indeks saham bluechip CSI 300 terkoreksi 0,18 persen.

Dilansir dari Reuters, bursa Asia secara keseluruhan mampu menguat menyusul penguatan yang dicetak bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan kemarin.

Pada akhir perdagangan Jumat (6/12/2019), Wall Street naik mendekati rekor level tertingginya didorong data pekerjaan yang kuat dan tanda-tanda optimisme tentang pembicaraan perdagangan AS-China.

Pertumbuhan pekerjaan di AS mencatat peningkatan terbesar dalam 10 bulan pada November, tanda kuat bahwa ekonomi terbesar dunia itu tidak terancam mandek.

“Ekonomi [AS] masih menanjak dan memecahkan rekor terpanjang. Saat ini, kabut resesi masih tetap tampak jauh terlepas dari masalah yang dialami di negara lain di dunia dan perang dagang,” jelas Chris Rupkey, kepala ekonom keuangan di MUFG Union Bank.

Meski demikian, kenaikan yang dibukukan bursa saham di Asia cenderung dibatasi oleh kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi China akibat perang perdagangan yang berkepanjangan dengan AS.

Pengiriman ke luar negeri turun 1,1 persen pada November 2019 dari tahun sebelumnya, meleset dari perkiraan dalam survei Reuters untuk ekspansi 1,0 persen dan lebih dalam dari penurunan sebesar 0,9 persen pada bulan Oktober.

Saham-saham pendorong IHSG:

KodePergerakan (persen)

BMRI      

+1,05

HMSP

+0,96

GGRM

+1,99

CPIN

+1,45

Saham-saham penekan IHSG:

 Kode

Penurunan (persen)

ASII

-1,48

TLKM

-0,73

EXCL

-3,82

FREN

-4,51

Sumber: Bloomberg 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper