Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan tergelincir dari reli penguatannya dan berakhir di zona merah akibat terseret pelemahan bursa saham global.
Meski demikian, nilai tukar rupiah mampu mempertahankan momentum apresiasinya terhadap dolar AS di tengah koreksi yang dialami indeks dolar AS.
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Rabu (4/12/2019):
Trump Sulut Api, IHSG Terseret ke Zona Merah
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup melemah 0,34 persen atau 21,02 poin di level 6.112,88 dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Selasa (3/12), IHSG masih mampu mengakhiri pergerakannya di zona hijau yakni di level 6.133,90 meskipun dengan kenaikan hanya 0,06 persen atau 3,84 poin, penguatan hari ketiga berturut-turut sejak perdagangan Jumat (29/11).
Sejalan dengan IHSG, indeks saham lainnya di Asia rata-rata terkapar di zona merah di tengah kekhawatiran para pelaku pasar soal prospek kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China.
Pasar saham global telah terlebih dahulu melorot pada Selasa (3/12) malam setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan kesepakatan dengan China mungkin harus menunggu sampai setelah pemilihan presiden AS tahun 2020.
Nilai tukar rupiah berakhir menguat 10 poin atau 0,07 persen di level Rp14.105 per dolar AS, setelah bergerak fluktuatif di level 14.105-14.125 sepanjang perdagangan hari ini.
Seiring dengan berlanjutnya penguatan nilai tukar rupiah, indeks dolar AS lanjut terkoreksi 0,077 poin atau 0,08 persen ke posisi 97,660, menuju penurunan hari keempat berturut-turut.
Selain rupiah, sejumlah mata uang di Asia mampu ikut menguat, di antaranya yuan offshore China dan rupee India yang masing-masing terapresiasi 0,22 persen terhadap dolar AS.
Fundamental Timah Lesu Hingga 2020
Fundamental timah diyakini belum dapat mendukung harga timah hingga 2020 seiring dengan produksi yang akan meningkat sehingga memangkas defisit pasokan global.
Mengutip laporan Asosiasi Timah Internasional, produksi timah diprediksi naik 5,8% menjadi 352.000 ton pada tahun depan, sedangkan permintaan hanya akan naik tipis 0,4% menjadi 353.900 ton.
Oleh karena itu, defisit global diperkirakan turun menjadi 1.900 ton pada 2020 dari defisit tahun ini sebesar 20.000 ton dan dinilai akan semakin membebani harga.
Kesepakatan Dagang AS-China Tak Pasti, Tapi Harga Minyak Masih Mendaki
Harga minyak mentah kembali menguat untuk tiga hari berturut-turut, setelah laporan industri menunjukkan stok minyak Amerika Serikat menyusut.
American Petroleum Institute (API) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS jatuh 3,72 juta barel pada pekan lalu. Hal ini akan menjadi penyusutan terbesar sejak September jika terkonfirmasi oleh data resmi dari Energy Information Administration US pada Rabu (4/12/2019) waktu setempat.
Selain itu, ada sentimen menjelang OPEC+ memutuskan soal kebijakan pemangkasan produksi minyak mereka pada pekan ini.
Harga emas Comex untuk kontrak Februari 2020 terpantau naik 4 poin atau 0,27 persen ke level US$1.488,40 per troy ounce pukul 15.54 WIB, di tengah eskalasi ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.
Analis Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar mengatakan bahwa ancaman terhadap kesepakatan perdagangan AS dan China terlihat seperti perubahan paling penting dalam sentimen sepanjang pekan ini.
“Kemungkinan bahwa AS dan China tidak menandatangani fase pertama dari kesepakatan perdagangan mempertinggi risiko perlambatan pertumbuhan global tahun depan. Tentu, itu positif untuk emas," ujar Vivek seperti dikutip dari Bloomberg
Di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta bertambah Rp6.000 menjadi Rp753.000 per gram. Adapun harga pembelian kembali atau buyback emas naik Rp7.500 menjadi Rp670.500 per gram dari harga pada Selasa (3/12).