Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah kembali menguat untuk tiga hari berturut-turut, setelah laporan industri menunjukkan stok minyak Amerika Serikat menyusut.
Selain itu, ada sentimen menjelang OPEC+ memutuskan soal kebijakan pemangkasan produksi minyak mereka pada pekan ini.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 13:05 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,62 persen atau 0,35 poin menjadi US$56,45 per barel, sedangkan harga minyak mentah Brent menguat 0,71 persen atau 0,43 poin ke level US$61,25 per barel.
Di sisi lain, penguatan ini terjadi di tengah ketidakpastian apakah Amerika Serikat dan China akan mencapai kesepakatan dagang terbatas yang mereka gembar-gemborkan.
Sementara itu, American Petroleum Institute (API) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS jatuh 3,72 juta barel pada pekan lalu. Hal ini akan menjadi penyusutan terbesar sejak September jika terkonfirmasi oleh data resmi dari Energy Information Administration US pada Rabu (4/12/2019) waktu setempat.
Minyak telah naik sejak awal Oktober lalu karena optimisme AS dan China mendekati kesepakatan awal. Di sisi berbeda, minyak mentah memiliki ruang untuk jatuh kembali ketika kedua negara tak menjangkau kesempatan.
Namun, kemungkinan besar OPEC dan sekutunya akan melanjutkan pemangkasan produksi dan menguatkan kepatuhan, bersama dengan beberapa tanda bahwa mereka bisa memangkas produksi lebih curam.
Will Sungchil Yun, analis komoditas di HI Investment & Futures Corp. di Seoul, Korea Selatan, mengatakan, harga minyak semakin mendapat dukungan karena pasar secara luas memperkirakan OPEC+ akan melanjutkan pemotongan produksi saat mereka bertemu pekan ini.
“Jika hubungan dagang AS dan China kembali memburuk, harga minyak mentah kemungkinan akan melemah,” katanya dikutip dari Bloomberg, Rabu (4/12/2019).