Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Tanda Tangan RUU Hong Kong, Rupiah dalam Tekanan

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (28/11/2019) rupiah ditutup di level Rp14.091, menguat tipis 0,02% atau 2,5 poin.
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11/2019)./ANTARA-Aprillio Akbar
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11/2019)./ANTARA-Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah berada dalam tekanan pada perdagangan Kamis (28/11/2019) seiring dengan penandatanganan RUU yang mendukung Hong Kong oleh Presiden AS Donald Trump membuat investor melarikan diri dari aset berisiko, termasuk rupiah.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (28/11/2019) rupiah ditutup di level Rp14.091, menguat tipis 0,02 persen atau 2,5 poin. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah tipis 0,09 persen menjadi 98,284.

Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan bahwa sentimen tanda-tangan RUU mendukung Hong Kong oleh AS meningkatkan kekhawatiran pasar terkait berlanjutnya perang dagang dan mengakhir optimisme adanya kesepakatan parsial tahap pertama.

“Ini jadi berita buruk bagi pasar yang dalam beberapa perdagangan terakhir menguntungkan bagi aset berisiko, sehingga ini membuat rupiah bergerak dalam tekanan,” ujar Yudi saat dihubungi Bisnis, Kamis (28/11/2019).

Selain itu, dia mengatakan bahwa tidak adanya sentimen dalam negeri yang dapat memberikan dukungan positif untuk rupiah juga menjadi penyebab rupiah dalam tekanan. Investor khawatir perang dagang yang berlanjut akan semakin memperparah proyeksi perlambatan ekonomi global, termasuk ekonomi Indonesia.

Dia memproyeksi pada perdagangan Jumat (29/11/2019), rupiah berpotensi bergerak melemah seiring dengan masih bergejolaknya ancaman perang dagang AS dan China. Rupiah diprediksi bergerak di kisaran Rp14.050 per dolar AS hingga Rp14.115 per dolar AS.

Sementara itu, Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pemerintah melalui menkeu Sri Mulyani berencana akan menerapkan kebijakan tax amnesty jilid II, tetapi kebijakan tax amnesty ini akan bisa berjalan jika didukung oleh berbagai pihak sehingga target pemerintah akan tercapai.

“Informasi ini membuat pelaku pasar kembali percaya terhadap perekonomian dalam negeri sehingga wajar kalau arus modal asing kembali masuk ke pasar valas dan obligasi, yang juga sebagai penopang positif bagi rupiah,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Kamis (28/11/2019).

Dia memprediksi rupiah bergerak melemah tipis imbas dari data eksternal yang masih negatif untuk rupiah dan bergerak di kisaran level Rp14.070 per dolar AS hingga Rp14.120 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper