Bisnis.com, JAKARTA – Setelah dipastikan tertunda pada 2019, emiten batu bara PT Golden Energy Mines Tbk. membuka peluang eksekusi rencana rights issue dalam rangka menambah porsi kepemilikan saham publik pada tahun depan.
Saat ini, emiten berkode saham GEMS itu belum memenuhi Peraturan Bursa No. I-A tentang minimal saham publik (free float) emiten wajib memenuhi free float minimal 50 juta saham dan minimal 7,5% dari jumlah saham dalam modal ditempatkan dan disetor.
Pasalnya, porsi kepemilikan publik dalam entitas Grup Sinarmas itu hanya 3% atau sebanyak 176,48 juta. Sementara itu, Golden Energy And Resources Limited menggenggam 3,94 miliar saham atau 66,99% dan GMR Coal Resources Pte Ltd. sebanyak 1,76 miliar saham yang setara dengan 30% saham.
Akibat belum memenuhi aturan free float, BEI telah mensuspensi saham perseroan sejak 31 Januari 2018.
Presiden Direktur Golden Energy Mines Bonafasius mengatakan perseroan akan melakukan rights issue untuk menambah porsi saham publik yang beredar.
“Sejauh ini kami masih menunggu kondisi pasar menjadi lebih baik untuk melakukan rights issue saham. Tahun besar kemungkinan akan kami lakukan,” katanya pada Kamis (14/11/2019).
Baca Juga
Bonafasius mengatakan yang menghambat perseroan melakukan aksi tersebut pada tahun ini adalah lesunya pasar saham. GEMS, lanjutnya, akan memasukkan agenda rights issue pada rapat umum pemegang saham tahunan mendatang.
Namun sejauh ini, perseroan masih mendiskusikan rencana aksi tersebut dengan pemegang saham mayoritas. Bonafasius menyebutkan kebutuhan penambahan saham sebesar 4,5% terbilang kecil dan tidak terlalu berefek pada perseroan.
“Rights issue 4,5% [agak tanggung] tapi jumlah yang akan kami tawarkan tergantung pasar. Kalau memang bagus akan besar kalau jelek ya secukupnya. Belum ada kepastian juga mayoritas akan melepas saham, tapi segala kemungkinan akan kami lakukan,” katanya.
Bonafasius menambahkan perseroan pun tidak sedang dalam keadaan terdesak untuk menambah modal kerja.
GEMS, lanjutnya, masih memiliki fasilitas pinjaman dengan nilai mencapai US$60 juta sejak 2017 untuk konstruksi pertambangan. Adapun yang telah dicairkan oleh perseroan sampai dengan saat ini ialah US$20 juta.
“Tahun depan fundraising tidak ada karena fasilitas pinjaman saja belum kami cairkan 50%,” ungkapnya.