Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sektor Komoditas Tekan Laba Konglomerasi

Berdasarkan catatan Bisnis terdapat 2 dari 18 konglomerasi mengalami tekanan akibat sentimen tersebut. Ketiga konglomerasi nasional tersebut adalah Astra, Sinarmas, dan Indika.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (18/10/2019). /Antara-Nova Wahyudi
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (18/10/2019). /Antara-Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah grup konglomerasi terbebani oleh kinerja emiten anak usaha di sektor perkebunan dan komoditas. Alhasil, laba sejumlah konglomerasi sepanjang kuartal III/2019 tertekan.

Berdasarkan catatan Bisnis terdapat 2 dari 18 konglomerasi mengalami tekanan akibat sentimen tersebut. Ketiga konglomerasi nasional tersebut adalah Astra, Sinarmas, dan Indika.

Induk usaha Grup Astra, PT Astra International Tbk. (ASII) mencatatkan laba bersih Rp15,86 triliun, catatan tersebut lebih rendah 7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai Rp17,07 triliun. Divisi bisnis otomotif dan agrikultur menjadi faktor utama penekan laba perseroan.

Sementara itu, Grup Indika juga mengalami tekanan laba sebesar 90,76% yang diakibatkan menurunnya kinerja PT Indika Energy Tbk. sepanjang 9 bulan pertama 2019.

Selain itu, Grup Sinarmas mengalami penurunan kinerja pada sektor komoditasnya yang dijalankan oleh PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk., meskipun secara konsolidasi Grup Sinarmas masih mencatatkan pertumbuhan.

Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta mengatakan bahwa sepanjang kuartal III/2019 harga komoditas batu bara dan kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) sedang pada tren melemah.

“Jadi mayoritas konglomerasi tertekan oleh kinerja entitas anak yang bergerak pada bisnis tersebut,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (3/10/2019).

Namun, dia memproyeksikan pada kuartal IV/2019 untuk kinerja kedua komoditas tersebut akan berada pada titik balik dengan sejumlah sentimen yang akan terjadi pada akhir tahun.

Untuk batu bara, kata Nafan, periode akhir tahun akan mendongkrak permitaaan komoditas tersebut. Pasalnya, masuknya musim dingin disejumlah negara diprediksi akan meningkatkan permintaan batu bara.

Selain itu, sepanjang tahun ini harga batu bara sudah menemui titik jenuh jual, sehingga ke depannya harga batu bara akan mengalami rebound.

“Batu bara terkait dengan faktor demand seharusnya sudah jenuh jual, jadi ada potensi rebound,” jelasnya.

Sementara itu, untuk harga komoditas CPO yang telah mengalami rebound dipercaya akan mendongkrak kinerja emiten yang bergerak pada bisnis tersebut.

Dia menambahkan bahwa kebijakan sejumlah negara yang mulai menerapkan B20 dan B30 akan meningkatkan permintaan komoditas CPO pada akhir 2019 dan awal 2019. “Ada tren positif untuk CPO ke depan,” ungkapnya.

Media dan Digital

Di sisi lain, Nafan menyoroti kinerja bisnis media dan digital yang terlihat melejit sepanjang kuartal III/2019. Adapun konglomerasi yang menuai berkah adalah Grup MNC.

Laba Grup MNC melesat tajam jika dibandingkan dengan kinerja konglomerasi nasional lainnya yang didorong oleh kontribusi bisnis media dan digital yang dilakukan entitas anaknya.

Menurut Nafan, inovasi layanan digital berhasil menopang kinerja grup seiring dengan berubahanya tren pasar untuk menikmati layanan hiburan pada saat ini.

“Antisipasi Grup MNC untuk perubahaan tersebut berhasil mendongkrak kinerja konsolidasi, selain itu periode Pemilu memberikan pemasukan untuk industri ini” katanya.

Pada sisa periode yang ada pada tahun ini, dia menilai akan berprospek baik untuk bisnis media dan hiburan, karena masa libur akhir tahun akan meningkatkan jumlah iklan yang masuk. “Sentimen itu bisa menopang kinerja industri ini,” tuturnya.

Di lain pihak, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menilai masuknya Grup MNC ke era media digital berimbas positif seiring dengan perubahan era layanan hiburan saat ini.

Selain itu, bauran produk dan konten media yang lebih bervariasi membuat Grup MNC lebih banyak memiliki potensi iklan masuk dibandingkan dengan pesaingnya dalam industri media. “Grup MNC cukup menguasai pangsa pasar,” katanya kepada Bisnis, Minggu (3/10/2019).

Ke depannya, kata Reza, dengan tren pelemahan daya beli masyarakat diprediksi akan memberikan dampak positif untuk industri media. Pasalnya, permintaan akan iklan akan meningkat.

Selain itu, masa libur akhir tahun akan meningkatkan jumlah jam tayang utama untuk industri media dan hiburan, sehingga potensi untuk iklan yang masuk akan semakin besar.

“Seiring dengan konten musiman yang sering dinanti, maka potensi iklan akan semakin besar,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper