Bisnis.com, JAKARTA—Pemangkasan suku bunga dan kepastian program kerja pemerintah telah menguntungkan saham-saham sektor properti, infrastruktur, dan keuangan sepanjang tahun berjalan (year-to-date) 2019.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, sektor properti, real estat, dan konstruksi bangunan melaju paling kencang sebesar 15,12% ytd.
Menyusul di bawahnya sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi sebesar 13,99% ytd dan sektor keuangan sebesar 9,19% ytd.
Analis MNC Sekuritas Jessica Sukimaja menjelaskan bahwa sektor properti telah banyak mendapat katalis positif di sepanjang tahun ini.
Misalnya, pemerintah memberikan relaksasi LTV (loan to value) untuk pembelian rumah pertama. Tak hanya itu, ada pula pelonggaran PPnBM dengan meningkatkan batasan rumah tapak yang bernilai Rp20 miliar menjadi Rp30 miliar, di mana tarif atas properti barang mewah diturunkan menjadi 1% dari sebelumnya 5%.
“Terdapat beberapa faktor lain yang diharapkan memperkuat sektor properti ke depannya, seperti penurunan suku bunga dan pemindahan ibukota ke Kalimantan Timur,” kata Jessica kepada Bisnis, Senin (28/10/2019).
Baca Juga
Adapun, Bank Indonesia telah memangkas suku bunga 7-Day Reserve Repo Rate sebesar 100 bps sepanjang tahun ini menjadi 5%. Sementara suku bunga deposit facility dan lending facility diturunkan masing-masing menjadi 4,25% dan 5,75%.
Namun demikian, dalam risetnya, MNC Sekuritas menilai ketiga katalis di atas belum akan berdampak signifikan terhadap penjualan properti residensial selama pertumbuhan ekonomi masih melesu.
Kinerja Indeks Sektoral di Bursa Efek Indonesia | |
---|---|
Sektor | Kinerja Saham Ytd (%) |
Properti, Real Estat, dan Konstruksi Bangunan | 15,12 |
Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi | 13,99 |
Keuangan | 9,19 |
Industri Dasar dan Kimia | 8,22 |
Perdagangan, Jasa, dan Investasi | 2,59 |
Manufaktur | -9,52 |
Tambang | -11,8 |
Aneka Industri | -12,28 |
Pertanian | -13,07 |
Industri Barang Konsumer | -16,87 |
Sumber: BEI, per 28 Oktober 2019.
MNC Sekuritas mencatat penjualan properti masih turun 15,79% yoy pada paruh pertama tahun ini. Beberapa emiten yang dianalisis pun masih menunjukkan pelemahan marketing sales sebesar 10,10% yoy pada semester I/2019.
Kendati properti residensial diperkirakan masih akan menghadapi tantangan hingga tahun depan, properti industrial justru dinilai akan bergairah.
Hal itu ditopang oleh upaya pemerintah yang ingin menggenjot pertumbuhan ekonomi, misalnya lewat membangun lima sektor manufaktur berdaya saing regional, seperti makanan dan minuman, tekstil, otomotif, sektor kimia, dan elektronik.
Lebih lanjut, komitmen pemerintah untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur selama 5 tahun ke depan juga dinilai membawa angin segar ke emiten-emiten sektor infrastruktur.
Jessica menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur dan transportasi cukup masif di Jakarta yang terlihat dari rampungnya proyek moda raya terpadu (MRT) Jakarta tahap I. Selain itu, pembangunan proyek lintas rel terpadu (LRT) Jakarta fase I juga hampir selesai.
“Rencana dari Kementerian Perhubungan dalam mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi di Provinsi Papua dan Papua Barat serta melibatkan investor swasta secara aktif untuk mengembangkan lima destinasi wisata prioritas dapat menjadi katalis pendongkrak sektor ini kedepannya,” jelas Jessica.
Rekomendasi Analis
Dirinya pun merekomendasikan beli untuk saham PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) dengan target harga Rp1.275 dan PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. (BEST) dengan target harga Rp350.
Sementara untuk sektor infrastruktur direkomendasikan beli untuk PT Jasa Marga Tbk. (JSMR) dengan target harga Rp6.500.
Adapun, CTRA dinilai akan diuntungkan oleh isu pemindahan ibukota ke Kalimantan Timur yang mana perseroan memiliki landmark seluas 590 hektare di Samarinda.