Bisnis.com, JAKARTA – Kendala logistik berisiko mengganggu pengangkutan batu bara yang diproduksi PT United Tractors Tbk. dan menekan volume penjualan pada September 2019.
Investor Relation United Tractors Ari Setiyawan mengatakan perseroan menghadapi kesulitan pengiriman batu bara pada Agustus hingga September 2019 akibat kemarau.
“Debit air sungai masih menjadi kendala logistik,” katanya kepada Bisnis pada Kamis (3/10/2019).
Kendala tersebut, lanjutnya, dapat memengaruhi volume penjualan batu bara perseroan yang diproduksi oleh anak usaha, PT Tuah Turangga Agung (TTA).
Menilik dari hasil laporan operasional bulanan UNTR per Agustus 2019, terjadi penurunan penjualan volume batu bara yang drastis dalam 2 bulan terakhir.
Pada Juni UNTR menjual 883.000 ton batu bara, turun 14,49% menjadi 755.000 ton pada Juli. Kemudian terkoreksi kembali sebesar 37,16% menjadi 487.000 ton pada Agustus 2019.
Baca Juga
Volume penjualan batu bara pada Agustus 2019 merupakan yang terendah secara bulanan sepanjang 8 bulan pertama tahun ini. Pasalnya, rerata volume penjualan pada semester I/2019 mencapai 800.000 ton.
Apabila diperinci, penurunan volume penjualan terjadi untuk komoditas thermal coal dan coking coal. Penjualan thermal coal tercatat 754.000 ton pada Juni, kemudian turun 9,2% menjadi 684.000 ton pada Juli dan turun 34,50% menjadi 448.000 ton pada Agustus 2019.
Sementara itu, jumlah penjualan coking coal juga terkoreksi dari 129.000 ton pada Juni, menjadi 71.000 ton pada Juli dan 39.000 ton pada Agustus.
Ari menyebutkan dengan kondisi kemarau ekstrem kemungkinan volume penjualan pada September akan terkoreksi.
“Sales volume turun karena ada kendala logistik. Tuah Turangga Agung [TTA] kesulitan mengangkut batu bara melalui sungai karena hujannya kurang,” katanya.
Sedikitnya curah hujan memengaruhi level air sungai yang kini tidak mencapai level minimum untuk angkutan batu bara dengan kapal tongkang.
Pada 2019, penjualan batu bara UNTR ditargetkan mencapai 9,3 juta ton, naik 32% dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 7 juta ton.
Sementara itu, bila melihat dari data Badan Meteorologi Iklimatologi dan Geofisika (BMKG) curah hujan di Kalimantaan pada Oktober terbilang rendah. Curah hujan pada Oktober diperkirakan 0-100 milimeter. BMKG memprediksikan curah hujan akan kembali normal pada November sekitar 100 – 300 milimeter.
Kendati demikian, Analis Kresna Sekuritas Robertus Hardy tetap merekomendasikan beli untuk saham UNTR dengan target harga Rp25.000 per saham. TTA masih mencatatkan kinerja positif year-on-year meskipun terjadi penurunan secara signifikan month-to-month.
“Total penjualan batu bara TTA tumbuh 10% atau 6,2 juta ton dibandingkan dengan volume penjualan Agustus tahun lalu 5,6 juta ton. Apalagi 784.000 di antaranya merupakan coking coal yang harganya dipatok US$175 per ton,” katanya.
Robertus menambahkan katalis negatif yang bisa mengganjal tumbuhnya harga saham adalah penurunan harga batu bara global, risiko melesetnya produksi batu bara dan volume pengupasan tanah, serta risiko laba bersih di bawah ekspektasi Rp4,52 triliun.