Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Tak Tentu Arah

Tarik menarik, antara sentimen ketegangan di Timur Tengah dan prospek meluasnya sengketa dagang Amerika Serikat dan China, membuat harga minyak stagnan.  
Harga Minyak WTI/Reuters
Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Tarik menarik, antara sentimen ketegangan di Timur Tengah dan prospek meluasnya sengketa dagang Amerika Serikat dan China, membuat harga minyak stagnan.  

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) kontrak November melemah 0,52% atau 0,29 poin ke posisi US$55,62 per barel, pukul 15:33 WIB, sementara harga minyak mentah Brent turun 0,76% atau 0,47 poin ke posisi US$61,44 per barel.

Kelompok pemberontak Houthi di Yaman yang bertanggungjawab atas serangan ke fasilitas minyak Arab Saudi dua pekan lalu, baru-baru ini mengklaim telah menangkap sejumlah tentara dari kerajaan itu selama menggelar operasi dekat dengan perbatasan Saudi.

“Ribuan [tentara] telah ditangkap pada Sabtu lalu termasuk komandan, perwira, dan prajurit Saudi,” kata pemberontak Houthi dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita Saba.

Tindakan tersebut terjadi setelah kerajaan Saudi menyetujui gencana senjata terbatas dengan kelompok pembereontak sokongan Iran tersebut.

Di lain sisi, Beijing mengatakan pihaknya akan melanjutkan untuk membuka pasar finansial di tengah laporan bahwa Amerika Serikat mempertimbangkan untuk melarang aliran dana ke China.

Menurut ringkasan dari pertemuan kedelapan Stabilitas Keuangan dan Komite Pengembangan yang diunggah dalam laman resmi mereka, Minggu (29/9), China akan mendorong lembaga keuangan dan dana asing untuk berinvestasi di pasar keuangan domestik. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan daya saing sistem keuangan Negeri Tirai Bambu.

 Sebagai informasi, meningkatnya ketegangan di Timur Tengah seringkali mendorong harga minyak untuk menguat. Sebab di kawasan tersebut berkumpul negara-negara produsen minyak. Jika negara-negara tersebut mengalami gangguan maka berpotensi mengacaukan pasokan minyak mereka ke pasar global.

Adapun sentimen perang dagang biasa menjadi kabar buruk bagi harga minyak. Sengketa yang berlangsung sejak tahun lalu itu telah membuat perekonomian global melambat. Akibat dari perlambatan itu, permintaan minyak global pun turun. Hal ini diikuti oleh penurunan harga karena stok minyak di pasaran berlimpah karena kurangnya serapan. 


Harga minyak menyerah setelah Saudi dengan cepat memulihkan produksi mereka, hal tersebut di luar perkiraan.  

Sementara itu, ekonomi dunia terbesar dunia, China sedang menuju putaran lain dari perundingan perdagangan pada 1 Oktober mendatang.

Citigroup Inc. menyatakan bahwa sengketa dagang yang berkepanjangan ini hampir mengurangi separuh pertumbuhan konsumi minyak dunia.

Howie Lee, ekonom Singapura di Oversea Chinese Banking Corp mengatakan bahwa ketegangan di Timteng sedang meningkat. Pasar mulai menetapkan harga tinggi di beberapa titik.

“Namun, sepertinya, pasar tidak percaya bagaimana harga minyak bisa melonjak setelah serangan [karena tak ada sentimen pendukung lainnya],” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper