Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahannya pada akhir perdagangan hari kedua berturut-turut, Jumat (20/9/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup di level 6.231,47, melemah 0,21 persen atau 13 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Kamis (19/9), IHSG berakhir di level 6.244,47 dengan koreksi 0,51 persen atau 32,16 poin.
Sebelum melanjutkan pelemahannya, indeks sempat beringsut ke zona hijau dengan dibuka naik tipis 0,07 persen atau 4,5 poin di level 6.248,97 Jumat tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.213,24 – 6.256,82.
Enam dari sembilan sektor berakhir di zona merah, dipimpin industri dasar (-0,75 persen) dan perdagangan (-0,65 persen). Tiga sektor lainnya ditutup positif, dipimpin infrastruktur yang naik 1,21 persen.
Dari 654 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 175 saham menguat, 213 saham melemah, dan 266 saham stagnan.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang masing-masing turun 1,42 persen dan 0,66 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG.
Berbanding terbalik dengan pelemahan IHSG, mayoritas indeks saham di Asia berakhir di zona positif. Indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang masing-masing naik 0,16 persen dan 004 persen.
Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing menguat 0,24 persen dan 0,29 persen. Adapun indeks Kospi Korea Selatan ditutup menguat 0,54 persen.
Bursa Asia menguat karena stimulus ekonomi di seluruh dunia meredakan kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi. Pelonggaran moneter oleh Federal Reserve AS dan Bank Sentral Eropa dalam dua pekan terakhir telah menjadi sentimen positif bagi investor.
Selain itu, China memangkas suku bunga pinjaman satu tahun untuk bulan kedua berturut-turut pada hari Jumat sebesar 5 basis poin di tengah upaya Beijing memandu biaya pinjaman yang lebih rendah demi menopang ekonomi yang tengah tertekan oleh perang perdagangan AS-China.
"Saham dapat terus naik karena didukung fundamental yang kuat dan cukup kokoh, tetapi akan ada lebih banyak volatilitas di sepanjang jalannya,” ujar Kate Warne, investment strategist di Edward Jones, kepada Bloomberg TV.
“Ada lebih banyak stimulus moneter yang masuk ke dalam sistem," tambahnya.
Sementara itu, kekhawatiran tentang keadaan ekonomi global tampak berlarut-larut. Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menurunkan laju pertumbuhan dunia menjadi 2,9 persen pada 2019.
"Prospek global menjadi semakin rapuh dan tidak pasti. Meningkatnya ketegangan kebijakan perdagangan semakin menambah tekanan pada kepercayaan terhadap pasar dan investasi," terang OECD.
Setelah beberapa keputusan kebijakan moneter pekan ini, perhatian investor beralih kepada prospek negosiasi antara AS dan China saat tim negosiasi perdagangan masing-masing negara mempersiapkan tatap muka kedua belah pihak pada Oktober.
“Setelah sederet keputusan bank sentral pekan ini, perhatian kemungkinan akan beralih ke perundingan perdagangan China-AS,” ujar Ken Cheung, head of Asia FX di Mizuho Bank, Hong Kong.
“Pelonggaran oleh bank sentral global utama pekan ini agak mengecewakan dan itu telah membebani minat untuk aset berisiko,” tambahnya, dikutip dari Bloomberg.
Berbanding terbalik dengan IHSG, nilai tukar rupiah berhasil memperpanjang penguatannya sebesar 5 poin atau 0,04 persen dan berakhir di level Rp14.055 per dolar AS, apresiasi hari ketiga berturut-turut.
Padahal, rupiah sempat tergelincir dengan dibuka melemah 30 poin atau 0,21 persen di level 14.090 pada Jumat tadi. Sepanjang perdagangan Jumat rupiah bergerak di level 14.054 -14.090.
Seiring dengan penguatan rupiah, indeks dolar turun tipis 0,002 poin ke level 98,270, setelah berakhir melemah 0,29 persen atau 0,289 poin di posisi 98,272 pada Kamis (19/9).
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berakhir Kamis (19/9), Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan (BI 7DRRR) sebesar 25 basis poin menjadi level 5,25 persen
Adapun suku bunga Deposit Facility turun sebesar 25 bps menjadi 4,5 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar turun 25 bps menjadi 6 persen.
“Kebijakan ini konsisten dengan target inflasi dan imbal hasil aset keuangan domestik yang tetap menarik serta langkah preemptive untuk mendorong ekonomi domestik di tengah perlambatan ekonomi global,” papar Gubernur BI Perry Warjiyo.
Menurut Fitch Solutions, BI dapat lebih lanjut menurunkan suku bunga acuannya sebesar total 75 basis poin menjadi 4,5 persen sebelum akhir 2020 guna mendukung pertumbuhan.
Saham-saham penekan IHSG: | |
---|---|
Kode | Penurunan (persen) |
BBRI | -1,42 |
BBCA | -0,66 |
UNVR | -0,91 |
BRPT | -2,91 |
Saham-saham pendorong IHSG: | |
---|---|
Kode | Kenaikan (persen) |
TLKM | +1,90 |
SMMA | +10,00 |
SMGR | +3,21 |
INCO | +4,61 |
Sumber: Bloomberg