Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Bank Picu IHSG Ditutup Melemah, Rupiah Tetap Kuat

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahannya pada akhir perdagangan hari kedua berturut-turut, Jumat (20/9/2019).
Pejalan kaki berjalan di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Pejalan kaki berjalan di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahannya pada akhir perdagangan hari kedua berturut-turut, Jumat (20/9/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup di level 6.231,47, melemah 0,21 persen atau 13 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Kamis (19/9), IHSG berakhir di level 6.244,47 dengan koreksi 0,51 persen atau 32,16 poin.

Sebelum melanjutkan pelemahannya, indeks sempat beringsut ke zona hijau dengan dibuka naik tipis 0,07 persen atau 4,5 poin di level 6.248,97 Jumat tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.213,24 – 6.256,82.

Enam dari sembilan sektor berakhir di zona merah, dipimpin industri dasar (-0,75 persen) dan perdagangan (-0,65 persen). Tiga sektor lainnya ditutup positif, dipimpin infrastruktur yang naik 1,21 persen.

Dari 654 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 175 saham menguat, 213 saham melemah, dan 266 saham stagnan.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang masing-masing turun 1,42 persen dan 0,66 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG.

Berbanding terbalik dengan pelemahan IHSG, mayoritas indeks saham di Asia berakhir di zona positif. Indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang masing-masing naik 0,16 persen dan 004 persen.

Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing menguat 0,24 persen dan 0,29 persen. Adapun indeks Kospi Korea Selatan ditutup menguat 0,54 persen.

Bursa Asia menguat karena stimulus ekonomi di seluruh dunia meredakan kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi. Pelonggaran moneter oleh Federal Reserve AS dan Bank Sentral Eropa dalam dua pekan terakhir telah menjadi sentimen positif bagi investor.

Selain itu, China memangkas suku bunga pinjaman satu tahun untuk bulan kedua berturut-turut pada hari Jumat sebesar 5 basis poin di tengah upaya Beijing memandu biaya pinjaman yang lebih rendah demi menopang ekonomi yang tengah tertekan oleh perang perdagangan AS-China.

"Saham dapat terus naik karena didukung fundamental yang kuat dan cukup kokoh, tetapi akan ada lebih banyak volatilitas di sepanjang jalannya,” ujar Kate Warne, investment strategist di Edward Jones, kepada Bloomberg TV.

“Ada lebih banyak stimulus moneter yang masuk ke dalam sistem," tambahnya.

Sementara itu, kekhawatiran tentang keadaan ekonomi global tampak berlarut-larut. Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menurunkan laju pertumbuhan dunia menjadi 2,9 persen pada 2019.

"Prospek global menjadi semakin rapuh dan tidak pasti. Meningkatnya ketegangan kebijakan perdagangan semakin menambah tekanan pada kepercayaan terhadap pasar dan investasi," terang OECD.

Setelah beberapa keputusan kebijakan moneter pekan ini, perhatian investor beralih kepada prospek negosiasi antara AS dan China saat tim negosiasi perdagangan masing-masing negara mempersiapkan tatap muka kedua belah pihak pada Oktober.

“Setelah sederet keputusan bank sentral pekan ini, perhatian kemungkinan akan beralih ke perundingan perdagangan China-AS,” ujar Ken Cheung, head of Asia FX di Mizuho Bank, Hong Kong.

“Pelonggaran oleh bank sentral global utama pekan ini agak mengecewakan dan itu telah membebani minat untuk aset berisiko,” tambahnya, dikutip dari Bloomberg.

Berbanding terbalik dengan IHSG, nilai tukar rupiah berhasil memperpanjang penguatannya sebesar 5 poin atau 0,04 persen dan berakhir di level Rp14.055 per dolar AS, apresiasi hari ketiga berturut-turut.

Padahal, rupiah sempat tergelincir dengan dibuka melemah 30 poin atau 0,21 persen di level 14.090 pada Jumat tadi. Sepanjang perdagangan Jumat rupiah bergerak di level 14.054 -14.090.

Seiring dengan penguatan rupiah, indeks dolar turun tipis 0,002 poin ke level 98,270, setelah berakhir melemah 0,29 persen atau 0,289 poin di posisi 98,272 pada Kamis (19/9).

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berakhir Kamis (19/9), Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan (BI 7DRRR) sebesar 25 basis poin menjadi level 5,25 persen

Adapun suku bunga Deposit Facility turun sebesar 25 bps menjadi 4,5 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar turun 25 bps menjadi 6 persen.

“Kebijakan ini konsisten dengan target inflasi dan imbal hasil aset keuangan domestik yang tetap menarik serta langkah preemptive untuk mendorong ekonomi domestik di tengah perlambatan ekonomi global,” papar Gubernur BI Perry Warjiyo.

Menurut Fitch Solutions, BI dapat lebih lanjut menurunkan suku bunga acuannya sebesar total 75 basis poin menjadi 4,5 persen sebelum akhir 2020 guna mendukung pertumbuhan.

Saham-saham penekan IHSG:

 Kode

Penurunan (persen)

BBRI

-1,42

BBCA

-0,66

UNVR

-0,91

BRPT

-2,91

Saham-saham pendorong IHSG:

Kode

Kenaikan (persen)

TLKM

+1,90

SMMA

+10,00

SMGR

+3,21

INCO

+4,61

Sumber: Bloomberg

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper