Bisnis.com, JAKARTA – Emiten batu bara, PT Bukit Asam Tbk. menganggarkan dana sebesar Rp6,47 triliun untuk melakukan investasi rutin dan investasi pengembangan pada 2019.
Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Suherman mengatakan dari total dana Rp6,47 triliun, alokasi investasi rutin sebesar Rp1,01 triliun dan investasi pengembangan Rp5,46 triliun.
Investasi pengembangan di antaranya adalah proyek gasifikasi atau hilirisasi tambang Peranap dan tambang Tanjung Enim. Lalu pengembangan PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 dan PLTU Feni Halmahera Timur. Terakhir adalah proyek angkutan batu bara.
Suherman mengatakan proyek gasifikasi atau proyek hilirisasi akan mengubah batu bara kalori rendah menjadi dimethyl ether (DME). DME akan digunakan sebagai substitusi LPG sehingga mengurangi ketergantungan pada impor LPG.
Proyek di tambang peranap akan mulai berproduksi pada 2023 dengan konsumsi batu bara sebesar 8,7 juta ton. Sementara itu, tambang Tanjung Enim mengonsumsi batu bara mencapai 8,1 juta ton mulai 2022.
“Saat ini, proyek hilirisasi batu bara [Tanjung Enim] sedang memasuki tahap bankable feasibility study dan pembebasan lahan di suatu Kawasan Ekonomi Khusus Berbasis Batu Bara,” katanya dalam siaran resmi Senin (16/9).
Baca Juga
Untuk proyek PLTU Mulut Tambang Sumsel 8, Suherman menyebutkan Commercial Operation Date (COD) ditargetkan rampung pada 2021 untuk Unit I dan Unit II pada 2022. Kedua unit tersebut kemungkinan akan menyerap 5,4 juta ton batu bara per tahun.
Adapun proyek PLTU Feni Halmahera Timur diproyeksikan akan mengkonsumsi batu bara sebanyak 0,65 juta ton per tahun. Sebagai informasi, proyek ini joint venture antara PTBA dengan PT Antam Tbk.
Terakhir, untuk optimasi pengangkutan batu bara, PTBA bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia mengembangkan proyek angkutan batu bara jalur kereta api dengan kapasitas 60 juta ton per tahun pada 2023.
“[Pertama-tama] Kami akan menyelesaikan pengembangan proyek angkutan batu bara jalur kereta api Tanjung Enim – Kertapati dengan kapasitas 5 juta ton per tahun pada 2019,” katanya.
Selain itu, untuk proyek angkutan kereta api arah Tanjung Enim – Tarahan direncanakan akan terselesaikan pada 2019 dengan kapasitas 20,3 juta ton per tahun dan selanjutnya menjadi 25 juta ton per tahun pada 2020.