Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ringkasan Perdagangan 6 September: Aset Berisiko Dicari, Emas Makin Lemas

Seiring dengan meningkatnya sentimen untuk aset-aset berisiko, minat investor terhadap harga emas, yang bersifat sebagai safe haven di tengah keresahan dan ketidakpastian global, pun semakin pudar.
Emas Antam/JIBI-Abdullah Azzam
Emas Antam/JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil berlanjut bersama nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di tengah membaiknya daya tarik aset berisiko.

Seiring dengan meningkatnya sentimen untuk aset-aset berisiko, minat investor terhadap harga emas, yang bersifat sebagai safe haven di tengah keresahan dan ketidakpastian global, pun semakin pudar.

Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Jumat (6/9/2019):

IHSG Sukses Perpanjang Kenaikan Jelang Akhir Pekan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mengakhiri pergerakannya di zona hijau pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut. IHSG ditutup naik tipis 0,03 persen atau 2,15 poin di level 6.308,95

Dari 651 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 211 saham menguat, 193 saham melemah, dan 247 saham stagnan.

Saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) yang masing-masing naik 2,28 persen dan 7,50 persen menjadi penopang utama berlanjutnya kenaikan IHSG.

Di sisi lain, saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Pollux Properti Indonesia Tbk. (POLL) yang masing-masing turun 2,55 persen dan 19,05 persen membatasi kenaikan indeks.

Rupiah Juara Asia, Ini Faktor Penguatnya

Rupiah terus memperlihatkan keperkasaannya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut, sekaligus penguatan mingguan ketiganya.

Dilansir dari Bloomberg, penguatan rupiah didukung rencana reformasi perpajakan oleh pemerintah dan meningkatnya daya tarik untuk aset berimbal hasil tinggi akibat meredanya ketegangan perdagangan.

“Rupiah telah diuntungkan dari daya tarik aset berisiko yang lebih baik seiring dengan rencana berlanjutnya perundingan perdagangan AS-China, sementara China juga akan melakukan pelonggaran moneter lebih lanjut,” terang Chang Wei Liang, ahli strategi makro di DBS Bank, Singapura.

“Selain faktor global, rupiah bisa mendapatkan keuntungan dari arus masuk ekuitas dari pemotongan pajak perusahaan yang prospektif,” tambah Chang.

Pemangkasan Produksi oleh Produsen China dan Indonesia Sukses Angkat Harga Timah Global

Meski harga timah di Shanghai tergelincir pada Jumat (6/9/2019), tetapi komoditas logam ini telah membukukan rekor terbaik pada pekan ini.

Sementara itu, harga timah di London mengarah pada kenaikan mingguan terbaik dalam lebih dari 3 tahun, disokong oleh pemangkasan produksi para produsen utama.

Kontrak timah paling aktif diperdagangkan di Shanghai Futures Exchange naik 10 persen pada pekan ini, yang juga menjadi kenaikan mingguan tertinggi, meskipun berakhir turun 1 persen pada Jumat (6/9).

Pergerakan Harga Emas

Harga emas Comex untuk kontrak Desember 2019 terpantau lanjut melemah 11,60 poin atau 0,76 persen ke level US$1.513,90 per troy ounce pukul 19.09 WIB.

Menurut Analis PT Monex Investindo Futures Faisyal, pasar yang cenderung mulai memburu aset berisiko di tengah meredanya konflik politik global berikut rencana pertemuan AS dan China untuk kembali melakukan negosiasi perdagangan berpotensi membuat emas bergerak turun dalam jangka pendek.

Di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta melemah Rp10.000 ke Rp765.000 per gram. Adapun harga pembelian kembali atau buyback emas Antam melorot Rp12.000 menjadi Rp688.000 per gram.

Harga Minyak Berpotensi Menguat

Alfonso Esparza, analis pasar di OANDA mengatakan, minyak mentah telah diperdagangkan lebih tinggi, setelah berita China dan Amerika Serikat akan memulai kembali perundingan dagang yang penting pada Oktober mendatang.

Beijing dan Washington pada Kamis (5/9), setuju untuk menggelar pembicaraan tingkat tinggi pada awal Oktober di Washington. Para investor bersorak menanggapi kabar tersebut, karena perang dagang kemungkinan akan berakhir.

Perselisihan dagang yang berkepanjangan telah meredam harga minyak. Namun, Brent masih naik sekitar 13% tahun ini, dibantu oleh pengurangan produksi yang dipimpin oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, untuk mengeringkan persediaan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper