Bisnis.com, JAKARTA - Harapan menuju damai dagang seiring dengan rencana pertemuan AS dan China pada Oktober berhasil membawa rupiah parkir di zona hijau pada penutupan perdagangan Kamis (5/9/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.155 per dolar AS, menguat tipis 0,035% atau 5 poin terhadap greenback.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa sentimen gejolak politik global yang mulai mereda menjadi katalis positif rupiah untuk bergerak menguat.
Selain rencana pertemuan AS dan China, Demo di Hong Kong yang mulai mereda setelah Pemimpin Hong Kong Carrie Lam sepakat untuk mencabut RUU ekstradisi dan parlemen Inggris yang berhasil menggagalkan upaya Perdana Menteri Boris Johnson untuk membuat Inggris meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan mendorong rupiah.
“Perkembangan ini sedikit banyak membuat pasar lega,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Kamis (5/9/2019).
Dari dalam negeri, starategi pemerintah untuk menahan gejolak global dengan meningkatkan aktivitas ekonomi melalui sektor perpajakan juga menjadi katalis positif rupiah.
Baca Juga
Ibrahim menilai strategi tersebut kemungkinan akan membuat arus dana masuk ke Indonesia hingga akhir pekan cukup tinggi. Oleh karena itu, dia memprediksi rupiah masih akan menguat terbatas pada perdagangan Jumat (6/9/2019) di kisaran Rp14.130 per dolar AS hingga Rp14.185 per dolar AS.