Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas melanjutkan pelemahannya pada perdagangan Kamis (5/9/2019) seiring dengan munculnya perkembangan positif dari kebuntuan Brexit dan demo di Hong Kong.
Namun, sentimen perlambatan pertumbuhan ekonomi global membawa emas tetap bergerak di sekitar level tertingginya sejak 2013.
Analis PT Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan dalam publikasi risetnya bahwa pasar yang cenderung mulai memburu aset berisiko di tengah meredanya konflik politik global dan rencana pertemuan AS dan China untuk kembali melakukan negosiasi perdagangan berpotensi membuat emas bergerak turun dalam jangka pendek.
“Level support emas terdekat berada di US$1.540 per troy ounce, menembus ke bawah dari level tersebut berpeluang untuk memicu penurunan lanjutan menuju US$1.534 per troy ounce sebelum membidik support kuat di US$1.527 per troy ounce,” ujar Faisyal seperti dikutip dari risetnya, Kamis (5/9/2019).
Sebaliknya, lanjut Faisyal, jika emas bergerak naik maka level resisten terdekat berada di US$1.550 per troy ounce dan menembus ke atas level tersebut berpeluang untuk mengejar kenaikan ke US$1.556 per troy ounce sebelum mengincar level resisten kunci US$1.563 per troy ounce.
Adapun, berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (5/9/2019) hingga pukul 13.41 WIB, harga emas di pasar spot bergerak terkoreksi 0,37% menjadi US$1.546,83 per troy ounce.
Baca Juga
Sementara itu, harga emas berjangka untuk kontrak Desember 2019 di bursa Comex bergerak melemah 0,31% menjadi US$1.555,5 per troy ounce.
Sebagai informasi, Pemimpin Hong Kong Carrie Lam secara resmi mencabut RUU yang menjadi permasalahan para demonstran. Carrie menyetujui satu dari lima tuntutan demonstran, meskipun langkah tersebut dinilai terlalu sedikit dan sudah terlambat.
Selain itu, Parlemen Inggris dalam pemungutan suara kemarin memilih untuk mencegah Perdana Menteri Boris Johnson membawa Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan pada 31 Oktober.
Parlemen Inggris juga menolak tawaran PM Inggris Boris Johnson untuk mengadakan pemilihan umum dua minggu sebelum jadwal Brexit.
Di sisi lain, aktivitas manufaktur AS mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam tiga tahun pada Agustus, memperkuat kekhawatiran pasar terhadap perlambatan ekonomi yang tajam dan membebani sentimen risiko.
Analis Komoditas Anand Rathi Shares & Stock Brokers Jigar Trivedi mengatakan bahwa data manufaktur yang lemah telah meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed pada pertemuan September.
“Ketidakpastian perdagangan akan menciptakan momentum pembelian dalam emas dan perak,” ujar Jigar seperti dikutip dari Reuters.
Oleh karena itu, BNP Paribas menaikkan perkiraan harga emas dengan rata-rata di US$1.400 per troy ounce pada 2019, naik US$60 per troy ounce dari perkiraan sebelumnya.
Selain itu, BNP Paribas juga memprediksi rata-rata harga emas pada 2020 berada di level US$1.560 per troy ounce, naik US$130 dari prospek sebelumnya dan siklus pelonggaran The Fed dapat mendorong harga emas di atas US$1.600 per troy ounce pada kuartal pertama 2020.