Bisnis.com, JAKARTA – Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berlanjut bersama nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di tengah penguatan bursa saham global yang didorong perkembangan positif seputar perang dagang AS-China.
Seiring dengan meningkatnya sentimen untuk aset-aset berisiko, daya tarik harga emas Comex, yang bersifat sebagai safe haven di tengah keresahan di tengah dan ketidakpastian global, pun luntur.
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Kamis (5/9/2019):
AS-China Siap Berunding Lagi, Pasar Saham Global Menguat
Bursa Eropa dan indeks futures Amerika Serikat kompak bergerak positif, mengekor penguatan bursa Asia yang didorong kabar rencana pertemuan pejabat pemerintah AS dan China.
Pemerintah China mengumumkan akan mengadakan putaran baru perundingan perdagangan dengan tim negosiator AS pada awal Oktober di Washington.
Secercah harapan dalam perang perdagangan global tersebut menambah sentimen untuk aset berisiko, menyusul perkembangan positif di Inggris dan Hong Kong.
Bursa Asia Memanjat, IHSG & Rupiah Tambah Kuat
IHSG ditutup menguat 0,59 persen atau 37,14 poin di level 6.306,8, kenaikan hari kedua berturut-turut. Saham ASII dan BBRI yang masing-masing naik 3,08 persen dan 1,44 persen menjadi pendorong utamanya.
Bersama IHSG, mayoritas indeks saham di Asia juga berakhir di wilayah positif. Bursa saham Jepang memimpin kenaikan di antara mayoritas bursa Asia setelah pemerintah China mengumumkan akan mengadakan putaran baru perundingan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) pada awal Oktober di Washington.
Prospek perundingan itu dapat meningkatkan harapan akan adanya progres dalam perang dagang kedua negara yang telah berlarut-larut selama lebih dari setahun, sekaligus memperkuat sentimen untuk aset berisiko menyusul perkembangan positif di Inggris dan Hong Kong.
Permintaan untuk aset berisiko turut membantu mengerek tenaga sejumlah mata uang dunia. Nilai tukar yuan China naik ke level tertinggi dua pekan dan Won Korea Selatan yang bergantung pada perdagangan menguat 0,4 persen ke level tertinggi satu bulan.
Harapan Redanya Perang Dagang Dorong Rupiah Ditutup Menguat
Harapan menuju damai dagang seiring dengan rencana pertemuan AS dan China pada Oktober berhasil membawa rupiah parkir di zona hijau.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa sentimen gejolak politik global yang mulai mereda menjadi katalis positif rupiah untuk bergerak menguat.
Dari dalam negeri, strategi pemerintah untuk menahan gejolak global dengan meningkatkan aktivitas ekonomi melalui sektor perpajakan juga menjadi katalis positif rupiah.
Harga Timah Melonjak Tajam Dipicu Rencana Pemangkasan Produksi China
Menyusul harga nikel yang melonjak tinggi, kini harga timah berjangka di bursa Shanghai Futures Exchange (SHFE) dan London Metal Exchange (LME) berhasil menguat tajam setelah produsen timah asal China, termasuk Yunnan Tin, berencana untuk memangkas produksinya tahun ini sehingga memberikan tekanan pada pasokan global.
Mengutip Bloomberg, pabrik peleburan timah di China, negara produsen timah terbesar di dunia, sepakat untuk memangkas produksi sekitar 12% dari total tahun ini sebagai upaya menghadapi penurunan harga sepanjang tahun berjalan ini yang telah mengikis keuntungan perusahaan.
Sebanyak 14 perusahaan akan memangkas produksi timah sebesar 20.200 ton tahun ini, termasuk produsen utama timah dunia, Yunnan Tin.
Harga emas Comex untuk kontrak Desember 2019 terpantau lanjut melemah 9,40 poin atau 0,60 persen ke level US$1.551 per troy ounce pukul 18.55 WIB.
Pada saat yang sama, indeks dolar AS, yang melacak pergerakan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, terkoreksi 0,302 poin atau 0,31 persen ke posisi 98,149.
Di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta stagnan di Rp775.000 per gram. Adapun harga pembelian kembali atau buyback emas Antam naik tipis Rp1.000 menjadi Rp700.000 per gram.