Bisnis.com, JAKARTA – Kurs rupiah berakhir di zona hijau pada Jumat (23/8/2019) ditopang oleh sentimen penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah berakhir menguat 24 poin atau 0,17% di level Rp14.215 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS naik 0,180 poin atau 0,18% ke posisi 98.350.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, efek penurunan suku bunga acuan oleh BI sudah terlihat, walaupun tidak terlalu signifikan penguatannya.
“Kemarin [Kamis 22/8], Gubernur [BI] Perry Warjiyo dan sejawat memutuskan untuk menurunkan BI 7 day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps ke 5,5%. Hal ini menjadi penurunan kedua sepanjang 2019,” katanya, Jumat (23/8/2019).
Ibrahim melanjutkan, bank sentral menegaskan bahwa penurunan suku bunga acuan tidak mengurangi keseksian pasar keuangan Indonesia. Pasalnya, selisih imbalan dengan negara-negara tetangga masih lumayan tinggi. Akan tetapi, menurutnya, tidak bisa dipungkiri bahwa penurunan suku bunga acuan bakal menurunkan yield sehingga mempengaruhi minat investor.
“Apalagi dengan situasi yang penuh ketidakpastian, bahkan ada ancaman resesi, pelaku pasar lebih memilih selamatkan diri masing-masing,” katanya.
Ibrahim pun memperkirakan rupiah masih ada harapan untuk menguat pada pekan depan. Namun, dia melihat penguatan tersebut terbatas. “Kisarannya [pergrakan rupiah di level] Rp14.200 - Rp14.265,” katanya.
Ibrahim mengatakan, pasar kini berfokus pada komentar dari anggota Federal Reserve pada pertemuan tahunan bank sentral di Jackson Hole, Jumat (23/82019) pada 14:00 GMT atau 21:00 WIB.
Menurutnya, Ketua The Fed Jerome Powell berada di bawah tekanan politik yang kuat dari Gedung Putih untuk memangkas suku bunga secara agresif. Dalam hal ini, Presiden AS Donald Trump telah menyerukan pemangkasan persentase poin penuh.
Hal tersebut untuk mencegah penurunan yang sebagian besar disebabkan oleh kebijakan perdagangan Washington sendiri dan efek memudar dari pemotongan pajaknya.
Dia menambahkan, perkembangan perang dagang AS-China juga menjadi fokus, setelah Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng mengatakan Beijing tidak punya pilihan selain mengambil tindakan balasan yang sesuai, jika AS dengan keras berpegang teguh pada caranya sendiri.