Bisnis.com, JAKARTA - Sejak menghangat ke level tertinggi dalam setahun terakhir pada Juli lalu, harga kopi global terus merosot hingga Agustus ini.
Data Bloomberg memperlihatkan, harga kopi Arabika di Intercontinental Exchange (ICE) menyentuh level terkuatnya, US$114,65 sen per pon pada 3 Juli lalu.
Setelahnya, harga kopi berangsur melemah, dengan penurunan terdalam di level US$95,65 sen per pon pada 5 Agustus lalu.
Kemudian turun kembali ke level US$94,80 sen per pon, pada Selasa (20/8/2019). Perolehan tersebut menempatkan harga kopi pada level terendah sejak Mei.
Meredupnya harga bahan baku beberapa belakangan ini datangnya dari Brasil. Mengutip Bloomberg, suplai kopi di Negara Amerika Latin itu diperkirakan melimpah sehingga dikhawatirkan membanjiri pasar global.
Broker yang berbasis di Inggris Marex Spectron dalam laporannya mencatat, Brasil berada di jalur yang tepat untuk mengirimkan 4,4 juta kantong kopi pada Agusutus, yang akan membawa pengiriman dalam 2 bulan pertama musim 2019/2020, dimulai pada Juli menjadi 6,8 juta kantong. Sebagai informasi satu kantong setara dengan 60 kilogram atau 132 pon.
Baca Juga
Negara Samba ini sangat diperhitungkan di pasar kopi internasional, karena merupakan produsen terbesar di dunia.
Berdasarkan data International Coffee Organization (ICO) Juli 2019, produksi kopi Brasil diperkirakan mencapai 62,5 juta kantong pada musim 2018/2019. Jumlah tersebut hampir 40% dari total produksi kopi dunia yang diperkirakan mencapai 168,77 juta kantong.
Marex mencatat, stok kopi hijau AS berpotensi meningkat 200.000 kantong pada Agustus sehubungan dengan lonjakan ekspor Brasil ke negara tersebut.
Rodrigo Costa, Direktur Kopi di Comexim Amerika Serikat, memperkirakan harga kopi akan tetap di kisaran US$90 sen untuk beberapa waktu. “Kecuali ada perubahan yang drastis di pasar valuta asing [yang membuat real Brasil menguat],” katanya dikutip dari Bloomberg.
Sejumlah analis dari Commerzbank mengatakan, kondisi pertumbuhan kopi yang baik di negara produsen membebani harga kopi berjangka.