Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang safe haven termasuk yen dan franc Swiss tengah berada di bawah tekanan seiring dengan meningkatnya harapan banyak negara akan menggelontorkan stimulus baru untuk menopang pertumbuhan ekonominya.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (19/8/2019) hingga pukul 18.40 WIB, yen, yang cenderung dibeli sebagai tempat berlindung yang aman selama masa ketidakpastian ekonomi, telah terkoreksi.
Yen terus bergerak melemah 0,23% menjadi 106,63 yen per dolar AS. Sementara itu, swissfranc bergerak melemah 0,24% menjadi 0,9806 Swiss franc per dolar AS.
Manajer Umum Departemen Pnelitian di Gaitame.com Research Institute Takuya Kanda mengatakan bahwa harapan adanya lebih banyak stimulus di beberapa negara didukung oleh reformasi suku bunga Bank Sentral China pada akhir pekan lalu yang menurunkan biaya pinjaman bagi perusahaan.
Tidak hanya itu, laporan stimulus kebijakan fiskal oleh Jerman juga menjadi harapan.
Adapun, China dan Jerman adalah dua eksportir global utama yang memainkan peran penting dalam perdagangan dunia, sehingga setiap langkah untuk meningkatkan kedua ekonomi ini adalah positif untuk prospek ekonomi global.
Baca Juga
Kendati demikian, optimisme investor kemungkinan akan dibatasi menjelang keputusan AS terkait izin Huawei Technologies China untuk membeli pasokan dari perusahaan-perusahaan Amerika.
"Huawei adalah ujian besar untuk melihat apakah suasana minat yang tinggi terhadap aset berisiko saat ini akan terus berlanjut di pasar mata uang atau tidak. Ada perasaan tenang sekarang karena kisah stimulus mendukung dolar terhadap safe-havens, tetapi saya tidak yakin berapa lama ketenangan ini akan berlangsung,” ujar Takuya seperti dikutip dari Reuters, Senin (19/8/2019).
Sentimen positif terhadap aset berisiko dapat berlanjut jika pemerintah AS menawarkan beberapa konsesi kepada Huawei, yang membuat penyelesaian perang dagang menjadi lebih dimungkinkan.
Pada Mei 2019, pemerintah AS memasukkan perusahaan teknologi raksasa asal China, Huawei, ke dalam daftar hitam, menuduh adanya pencurian kekayaan intelektual. Tuduhan tersebut, yang diperselisihkan oleh Huawei, merupakan eskalasi serius dalam perang dagang AS dan China.
Departemen Perdagangan AS diharapkan untuk memperpanjang penangguhan hukuman yang diberikan kepada Huawei Technologies yang memungkinkan perusahaan China untuk membeli pasokannya dari perusahaan AS sehingga dapat melayani pelanggan yang sudah ada.
Namun, Presiden AS Donald Trump pada Minggu (18/8/2019) mengatakan bahwa dia tidak ingin AS melakukan bisnis dengan Huawei China dengan alasan keamanan nasional dan menimbulkan keraguan atas keputusan tersebut.
Adapun, Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang mayor bergerak menguat 0,09% menjadi 98,234.
Analis PT Rifan Financindo Berjangka Sakti mengatakan bahwa dolar AS masih mendapatkan dorongan kuat dari komentar anggota Bank Sentral Eropa (ECB) Olli Rehn mengatakan bahwa paket stimulus ECB pada bulan September mungkin melampaui harapan.
Kekuatan greenback yang dicapai pada perdagangan pekan lalu sangat signifikan, sehingga di pasar spot hingga saat ini masih sangat stabil. Namun, sentimen positif tentang adanya stimulus sedikit terbebani oleh sikap wait and see para investor.
“Mereka masih menunggu keputusan AS terhadap Huawei dan investor cenderung ragu, dan kondisi ini bisa membalikkan keadaan dan menguntungkan bagi mata uang safe-haven seperti yen dan Swiss franc,” ujar Sakti kepada Bisnis.com.
Dia mengatakan, secara umum pasangan USD/CHF masih berpotensi untuk lanjutkan koreksi pada perdagangan selanjutnya.
Rekomendasi trading untuk pasangan USD/CHF adalah sell selama harga dibawah 0,9766 swiss franc per dolar AS dengan level resisten di 0,9811 Swiss franc per dolar AS dan level support di 0,9759 Swiss franc per dolar AS.