Bisnis.com, JAKARTA - PT United Tractors Tbk. tengah meninjau ulang target penjualan alat berat pada tahun ini. Sebelumnya, entitas Grup Astra itu membidik penjualan 4.000 unit alat berat.
Investor Relations United Tractors Ari Setiyawan mengatakan sedang dalam proses meninjau target penjualan alat berat 2019. Langkah itu sejalan dengan harga komoditas batu bara dan CPO yang rendah.
“[Harga batu bara dan CPO yang rendah] membuat demand juga masih weak,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (6/8/3019).
Pada 2019, UNTR menargetkan penjualan komatsu 4.000 unit. Jumlah yang dibidik lebih rendah dari realisasi 4.879 unit tahun lalu.
United Tractors melaporkan total penjualan bulanan alat berat komatsu 186 pada Juni 2019. Pangsa pasar untuk periode berjalan Januari 2019—Juni 2019 sebesar 36%.
Secara keseluruhan, total penjualan alat berat perseroan 1.917 unit pada semester I/2019. Jumlah itu turun 20,13% dari 2.400 unit pada periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga
Pada semester I/2019, kontribusi penjualan alat berat perseroan terbesar masih ke sektor pertambangan sebesar 47%. Namun, posisi itu turun dari 55% pada semester I/2018.
Berdasarkan laporan keuangan semester I/2019, United Tractors melaporkan pendapatan bersih Rp43,31 triliun pada semester I/2019. Pencapaian tersebut naik 11,22% dari Rp 38,94 triliun periode yang sama tahun lalu.
Secara detail, kontribusi masing-masing lini usaha terhadap total pendapatan bersih perseroan yakni mesin konstruksi 28%, kontraktor penambangan 44%, pertambangan batu bara 16%, pertambangan emas 8% dan industri konstruksi 4%.
Dari situ, laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk perseroan senilai Rp5,57 triliun pada semester I/2019. Realisasi tersebut naik 1,82% dibandingkan dengan Rp5,47 triliun per 30 Juni 2018.
Sementara itu, Senior Vice President Royal Investium Sekuritas Janson Nasrial menilai prospek emiten berbasis alat berat untuk pertambangan batu bara dan sawit masih berat untuk 2019. Pasalnya, harga sawit masih terbilang sideways dan harga batu bara masih cenderung turun walau terbatas.
“Jadi lebih baik apabila emiten-emiten tersebut memperluas merambah ke sektor alat berat untuk konstruksi [infrastruktur] dan atau bisnis pertambangan sektor lain misalnya sektor pertambangam emas atau nikel,” tuturnya.
Dia menjadikan saham UNTR sebagai top picks untuk emiten sektor alat berat karena beberapa faktor. Salah satunya diversifikasi ke bisnis emas yang dilakukan oleh perseroan sehingga bisa memitigasi penurunan harga batu bara dan sawit.
“Rekomendasi UNTR buy on weakness di Rp22.500 dan target harga Rp29.000,” imbuhnya.