Bisnis.com, JAKARTA—Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengubah pilihan saham (top picks) indeks LQ45 untuk bulan ini ke pemain domestik yang defensif seiring dengan kembalinya tensi perang dagang AS dan China.
Per 4 Agustus 2019, sebanyak 35 dari 45 perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ45 telah merilis kinerja kuartal II/2019. Sekitar 60% dari perusahaan tersebut memperlihatkan hasil pertumbuhan yang sesuai dan bahkan lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya. Namun, jumlah tersebut berkurang dibandingkan dengan posisi 70% pada kuartal sebelumnya.
Secara agregat, pendapatan emiten penghuni indeks LQ45 tercatat menurun 2,4% secara tahunan pada kuartal II/2019 dari posisi 2,6% yoy pada kuartal pertama tahun ini.
Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya menjelaskan, dengan kembalinya tensi perang dagang AS—China yang menekan bursa secara global, perusahaan efek asal Korea Selatan itu kini condong ke saham-saham pemain domestik yang memiliki pertumbuhan pendapatan positif.
“Dengan demikian, top picks kami untuk Agustus adalah ICBP, INDF, KINO, KLBF, MAPI, UNVR, BBCA, dan BBRI,” tulis Hariyanto dalam riset, seperti dikutip pada Selasa (6/8/2019).
Hariyanto menjelaskan, saham sektor barang konsumer telah dapat membukukan kenaikan pertumbuhan pada kuartal II/2019 menjadi 17,5% yoy dibandingkan dengan 9,5% yoy pada kuartal sebelumnya.
Baca Juga
Dari seluruh emiten penghuni indeks LQ45, INDF mencetak pertumbuhan pendapatan tertinggi secara tahunan yang ditopang oleh kinerja kuat ICBP dan Bogasari.
Dalam keterangan resminya pada akhir bulan lalu, INDF mencatat pertumbuhan penjualan bersih konsolidasi 7,2% menjadi Rp38,61 triliun pada semester I/2019, dari Rp36 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Laba usaha meningkat 5,5% menjadi Rp4,79 triliun dengan margin laba usaha 12,4%. Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Indofood Sukses Makmur meningkat 30,1% menjadi Rp2,55 triliun dari Rp1,96 triliun.
Top Leaders & Top Laggards Indeks LQ45 secara year-to-date | |||||
---|---|---|---|---|---|
Kode Saham | Harga Saham (Rp) | Perubahan Ytd | Kode Saham | Harga Saham (Rp) | Perubahan Ytd |
BBCA | 29.400 | +14,11% | ASII | 6.750 | -16,19% |
BBRI | 4.100 | +16.,00% | HMSP | 2.860 | -20,07% |
TLKM | 4.130 | +14,81% | CPIN | 4.680 | -35,23% |
BRPT | 720 | +50,63% | INKP | 6.675 | -41,51% |
INTP | 21.400 | +19,23% | BBNI | 7.825 | -8,95% |
EXCL | 3.140 | +58,59% | UNTR | 22.750 | -14,25% |
JSMR | 5.675 | +33,71% | PTBA | 2.550 | -34,86% |
MNCN | 1.250 | +83,65% | TKIM | 9.375 | -30,13% |
SMGR | 12.575 | +11,35% | GGRM | 71.925 | -11,03% |
WIKA | 2.200 | +35,30% | SCMA | 1.275 | -30,42% |
Sumber: Bloomberg, per 6 Agustus 2019.
Semetara itu, BBCA juga mencetak pertumbuhan pendapatan yang kontras dibandingkan tren perbankan pada pada kuartal II/2019. Bank swasta terbesar ini membukukan pendapatan yang positif ditopang oleh pertumbuhan kredit, perbaikan NIM, stabilnya pertumbuhan fee-based income, dan biaya kredit yang terkendali.
Dalam laporan keuangannya, pendapatan bunga bersih BBCA meningkat 13,1% menjadi Rp24.6 triliun dan pendapatan operasional juga meningkat 16,1% menjadi Rp34,2 triliun sepanjang semester I/2019.
Di sisi lain, ASII beserta ssaham tambang, industri dasar dan kimia justru tertekan sepanjang kuartal II/2019.
Adapun, lemahnya kinerja ASII disebabkan oleh memburuknya performa seluruh lini bisnisnya, yaitu otomotif, alat berat dan tambang, pertanian, dan lainnya.
Dalam laporan keungan yang dipublikasikan perseroan, pendapatan bersih konsolidasian ASII selama periode semester I/2019 meningkat 3,32% menjadi Rp116,18 triliun. Kendati demikian, laba bersih ASII turun 5,59% menjadi Rp9,8 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai Rp10,38 triliun.
Selanjutnya, CPIN juga masih mencatatkan penurunan laba karena turunnya harga ayam. CPIN membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp1,72 triliun pada semester I/2019. Nilai tersebut turun 29,21% secara tahunan dari raihan Rp2,43 triliun pada semester I/2018.