Bisnis.com, JAKARTA— PT Bumi Resources Tbk. membukukan penurunan laba bersih 46,78 persen secara tahunan pada semester I/2019.
Berdasarkan laporan keuangan semester I/2019, emiten berkode saham BUMI itu membukukan pendapatan US$481,35 juta. Pencapaian itu turun 14,15 persen dari US$560,72 juta pada semester I/2018.
Dari situ, BUMI mengantongi laba bersih US$80,67 juta pada semester I/2019. Realisasi tergerus 46,78 persen dari US$151,72 juta periode yang sama tahun lalu.
Dileep Srivastava, Director & Corporate Secretary Bumi Resources menjelaskan bahwa realisasi harga batu bara lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Kondisi itu disebabkan pasar batu bara yang melemah.
Di tengah kondisi itu, dia menyebut perseroan fokus dalam melakukan optimalisasi biasa dan memaksimalkan penjualan.
“Kami menargetkan volume yang lebih tinggi pada semester II/2019 dan meningkatkan strategi pemasaran,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (31/72/2019).
Baca Juga
Pihaknya mengklaim laba operasional perseroan tetap dipertahankan meski pendapatan lebih rendah. Menurutnya, realisasi laba bersih US$80 juta terbilang wajar di tengah kondisi saat ini.
“Bisa saja [laba bersih] lebih tinggi tetapi kami perlu memperhitungkan bunga pinjaman. Kami masih menargetkan 88 juta ton hingga 90 juta ton,” jelasnya.
Sebagai gambaran, BUMI mengincar produksi 88 juta ton hingga 90 juta ton pada 2019. Jumlah itu berasal dari PT Kaltim Prima Coal (KPC) 60 juta ton dan PT Arutmin Indonesia (AI) 28 juta ton hingga 30 juta ton.
Saham BUMI ditutup pada harga Rp109 per lembar pada perdagangan Selasa (31/7/2019).