Bisnis.com, JAKARTA — PT Indika Energy Tbk. membukukan laba bersih US$12,66 juta pada semester I/2019 atau turun 83,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan semester I/2019, yang dipublikasikan perseroan, Rabu (31/7/2019), Indika Energy mencetak pendapatan US$1,38 miliar per 30 Juni 2019. Nilai itu turun tipis 4,61 persen dari US$1,44 miliar pada semester I/2018.
Akan tetapi, beban pokok pendapatan perseroan tercatat naik 7,07 persen secara tahunan. Jumlah yang dikeluarkan emiten berkode saham INDY itu naik dari US$1,06 miliar pada semester I/2018 menjadi US$1,14 miliar pada semester I/2019.
Sementara itu, INDY melaporkan bagian laba bersih dari entitas asosiasi dan ventura bersama senilai US$15,02 juta pada semester I/2019. Pencapaian itu tumbuh 36,67 persen dari US$10,99 juta periode yang sama tahun lalu.
Dengan demikian, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$12,66 juta pada semester I/2019. Pencapaian itu turun 83,41 persen dari US$76,31 juta pada semester I/2018.
Manajemen INDY menyebut perseroan mencetak laba inti senilai US$56,4 juta pada semester I/2019. Posisi itu turun dari US$112,39 juta pada semester I/2018.
Baca Juga
Perseroan memaparkan laba inti merupakan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk di luar keuntungan atau kerugian non-operasional dan pajak terkait, terutama amoritisasi aset tidak berwujud dan penurunan nilai aset.
Berdasarkan pemberitaan Bisnis sebelumnya, Head of Corporate Communications Indika Energy menuturkan PT Kideco Jaya Agung merealisasikan volume produksi 16,5 juta ton batu bara dan penjualan 17,5 juta ton sepanjang semester I/2019. Sementara itu, pada periode yang sama, PT Multi Tambangjaya Utama merealisasikan volume produksi 704.000 ton dan penjualan 764.000.
Leonardus mengatakan saat ini, perseroan masih fokus kepada target yang telah ditetapkan sebelumnya. Sesuai rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB), target produksi Kideco Jaya Agung 34 juta ton dan Multi Tambangjaya Utama 1,5 juta ton.
“Hingga saat ini, volume produksi batu bara kedua perusahaan tersebut sesuai target,” ujarnya kepada Bisnis, baru-baru ini.
Selain sektor batu bara, INDY juga memiliki lini usaha jasa energi Engineering Procurement and Construction (EPC) minyak dan gas, EPC kontraktor pertambangan lewat PT Petrosea Tbk., lini pelabuhan dan logistik laut melalui PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk., PT Sea Bridge Shipping, PT Cotrans Asia, PT Indika Logistic & Support Services, dan PT Kuala Pelabuhan Indonesia.
Bisnis yang tidak ketinggalan dijajal oleh INDY yakni pembangkit listrik dan tenaga uap batu bara. Perseroan menjalankan lini itu melalui PT Cirebon Electric Power dan PT Prasarana Energi Cirebon.