Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terminal Penampungan Minyak INDY Ditargetkan Beroperasi Tahun Depan

Terminal penampungan minyak tersebut digunakan untuk menyimpan dan mengirimkan produk bahan bakar maupun layanan lainnya secara eksklusif untuk ExxonMobil.
Direktur PT Indika Energy Tbk Aziz Armand (kanan) berbincang dengan Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi di sela-sela pembukaan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, di  Jakarta, Rabu (4/7/2018)./JIBI-Dedi Gunawan
Direktur PT Indika Energy Tbk Aziz Armand (kanan) berbincang dengan Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi di sela-sela pembukaan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, di Jakarta, Rabu (4/7/2018)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Progres pembangunan terminal penampungan minyak (fuel storage) milik PT Indika Energy Tbk. ditargetkan beroperasi pada kuartal IV/2020.

Emiten berkode saham INDY itu melakukan pengembangan bisnis fuel storage melalui anak usaha, PT Kariangau Gapura Termina Energi (KGTE). Entitas itu akan memiliki dan mengoperasikan terminal di Kariangau, Kalimantan Timur untuk menyimpan dan mengirimkan produk bahan bakar maupun layanan terkait lainnya secara eksklusif untuk ExxonMobil.

Head of Corporate Communications Indika Energy Leonardus Herwindo menuturkan perseroan, melalui KGTE, telah memulai persiapan konstruksi pembangunan fasilitas berkapasitas 100 juta liter tersebut sejak awal 2019. Dia memaparkan nilai investasi proyek itu senilai US$108 juta, di mana sumber pendanaan berasal dari utang perbankan dengan nilai US$75 juta dan US$38 juta dari modal perseroan.

Pada 31 Desember 2018, INDY telah meneken perjanjian utang sindikasi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., MUFG Bank LTD, dan ICICI Bank Limited senilai US$75 juta. 

Leonardus menuturkan kontrak layanan fasilitas penyimpanan ditargetkan beroperasi pada kuartal IV/2020 dan memiliki durasi 20 tahun dengan opsi perpanjangan 10 tahun.

“Proyek fuel storage dengan ExxonMobil dalam tahap pembangunan. Saat ini, masih on progress sesuai jadwal,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (23/7/2019).

Leonardus mengungkapkan inisiatif pengembangan bisnis fuel storage yang ditempuh merupakan bagian dari strategi diversifikasi perseroan untuk sektor non batu bara serta sejalan dengan target yang dicanangkan pada 2018.

“Dalam 5 tahun ke depan, kontribusi laba bersih dari sektor non batu bara 25 persen,” jelasnya.

Seperti diketahui, saat ini, INDY menjalankan lini bisnis produksi batu bara melalui PT Kideco Jaya Agung dan PT Multi Tambangjaya Utama.

Manajemen INDY melaporkan Kideco Jaya Agung merealisasikan volume produksi 16,5 juta ton batu bara dan penjualan 17,5 juta ton sepanjang semester I/2019. Sementara itu, Multi Tambangjaya Utama memproduksi 704.000 ton batu bara dan menjual 764.000 ton.

Sesuai rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB), target produksi Kideco Jaya Agung 34 juta ton dan Multi Tambangjaya Utama 1,5 juta ton.

Pada kuartal I/2019, INDY membukukan pendapatan US$700,72 juta, menyusut 13,4 persen dari U$$809,02 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun laba bersih yang dicatatkan mencapai US$11,7 juta, terpangkas 79,95 persen dari sebelumnya US$58,36 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper