Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja emiten berkapitalisasi pasar terbesar diperkirakan bakal lebih melaju pada semester II/2019.
Hal itu ditopang oleh kepastian politik domestik dan meredanya eskalasi tensi dagang antara AS—China. Selain itu, memasuki era suku bunga rendah juga diharapkan bakal menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dan korporasi dalam negeri.
Adapun sebanyak 5 dari 10 emiten big caps yang telah mengeluarkan laporan tahunan per 30 Juni 2019. Terpantau hanya 3 emiten yang mencatatkan laba double digit yaitu BBCA, BMRI, dan HMSP.
Sementara itu, hanya BBCA yang mencatatkan pertumbuhan pendapatan double digit sebesar 12,64%.
Apabila dibandingkan dengan pencapaian pada kuartal I/2019, dari kelima big caps tersebut hanya BBCA, HMSP, dan UNVR yang memperlihatkan kinerja positif pada kuartal II/2019.
Sementara itu, BMRI dan BBNI memperlihatkan penurunan kinerja pada kuartal II/2019 dibandingkan dengan periode tiga bulan pertama tahun ini.
Baca Juga
Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menilai, pencapaian BMRI dan BBNI berada di bawah perkiraan. Sedangkan pencapaian BBCA, HMSP, dan UNVR berada sedikit di atas ekspektasi.
“Pada kuartal II/2019 memang makro kita juga tertekan, selain faktor eksternal seperti perang dagang dan The Fed juga ada faktor domestik yaitu Pemilu Raya. Ini yang membuat pertumbuhan ekonomi kita juga akan berada di bawah target,” kata Alfred ketika dihubungi, Jumat (26/7/2019).
Alfred mengacu kepada eskalasi tensi dagang antara AS—China yang kian memanas pada Mei serta ekspektasi pemangkasan suku bunga dari Bank Sentral AS (Federal Reserve). Selain itu, dari dalam negeri, Pemilihan Umum telah dihelat pada April 2019.
Dari sisi data makroekonomi, aktivitas perdagangan Indonesia pada kuartal II/2019 yang turun secara tahunan pun telah membuat pelaku pasar khawatir akan berimbas terhadap kinerja emiten.
“Kondisi ini yang diperkirakan oleh pasar akan berimbas terhadap kinerja emiten pada kuartal II/2019 atau membuat hasil kinerja emiten pada kuartal kedua diekpektasikan ikut turun seiring gambaran ekonomi makronya,” imbuh Alfred.
Ke depannya, pada paruh kedua tahun ini, Afred optimistis kondisi ekonomi domestik dan kinerja emiten big caps bakal kembali bergairah seiring dengan pelonggaran likuiditas yang diberikan oleh bank sentral secara global.
Pasalnya, Pemilu telah usai dan eskalasi perang dagang AS—China yang mulai berkurang telah menambah keyakinan para investor.
“Jadi, kami melihat hasil kinerja emiten pada paruh kedua akan lebih baik dari paruh pertama,” tutur Alfred.
REKOMENDASI
Dari 10 saham emiten big caps, Alfred pun masih merekomendasikan saham TLKM, GGRM dan BMRI untuk dicermati.
Di lantai bursa, semua saham emiten big caps kompak parkir di zona merah mengikuti pelemahan IHSG pada akhir perdagangan Jumat (26/7/2019).
Saham CPIN dan HMSP memimpin pelemahan masing-masing 3,76% dan 3,32% sementara IHSG melemah 1,19%.
Adapun investor asing terpantau melakukan aksi jual (net sell) cukup signifikan senilai Rp1,53 triliun sepanjang hari perdagangan.