Bisnis.com, JAKARTA – Energy Information Administration (EIA) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah Amerika Serikat jatuh hampir 13 juta barel pada pekan lalu. Angka itu terbesar dalam hampir 3 tahun belakangan.
Persediaan minyak mentah turun 12,8 juta barel dalam pekan yang berakhir 21 Juni lalu, jauh melampau ekspektasi analis untuk penurunan sebesar 2,5 juta barel. Menurut divisi dari Department of Energy US itu, penurunan tersebut paling dalam sejak September 2016. Sementara itu, stok minyak mentah di pusat pengiriman Cushing, Oklahama turun 1,7 juta barel.
Harga minyak terdongkrak karena berita tersebut, dengan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate menyentuh level US$60 per barel untuk pertama kalinya dalam sebulan.
Harga minyak itu naik menguat 3,2% menjadi US$59,70 per barel, tadi malam. Adapun harga minyak Brent naik 2,6% menjadi US$66,76 per barel.
John Kilduff, mitra di Again Capital Management New York mengatakan, laporan tersebut sangat bullish bagi harga minyak mentah, karena penuruannya lebih dari 12 juta barel. “Impor minyak mentah anjlok, sementara ekspor naik mendekati 4 juta barel per hari,” katanya dikutip dari Reuters, Kamis (27/6/2019).
EIA melaporkan, impor minyak mentah bersih turun pada pekan lalu sebesar 1,2 juta barel per hari. Ekspor minyak mentah secara keseluruhan naik menjadi 3,8 juta barel per hari, mengalahkan rekor sebelumnya sebanyak 3,6 juta barel per hari pada Februari.
Baca Juga
Data EIA juga memperlihatkan, pengilangan minyak mentah naik 73.000 barel per hari. Tingkat pemanfaatannya naik 0,3 poin menjadi 94,2% dari total kapasitas.
Untuk stok bensin turun 996.000 barel, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk kenaikan 288.000 barel. Stok minyak hasil penyulingan, yang meliputi diesel dan heating oil, turun 2,4 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi untuk kenaikan 522.000 barel.