Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ringkasan Perdagangan 14 Juni: IHSG & Rupiah Melemah, Harga Emas Cemerlang

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahannya pada perdagangan hari ketiga berturut-turut bersama dengan nilai tukar rupiah.
Cash Pooling
Cash Pooling

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahannya pada perdagangan hari ketiga berturut-turut bersama dengan nilai tukar rupiah.

Sementara itu, harga emas semakin berkilau saat kekhawatiran soal perlambatan global membatasi sentimen untuk aset-aset berisiko.

Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com hari ini, Jumat (14/6/2019):

Data China Bebani Emerging Market, IHSG Turun Lagi

IHSG ditutup melemah 0,36 persen atau 22,82 poin di level 6.250,27 dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Level penutupan yang dibukukan IHSG hari ini adalah yang terendah sejak 31 Mei sekaligus penurunan hari ketiga berturut-turut.

Sebanyak tujuh dari sembilan sektor berakhir di wilayah negatif, dipimpin properti (-1,48 persen) dan aneka industri (-0,93 persen). Adapun sektor pertanian dan perdagangan masing-masing naik 0,21 persen dan 0,07 persen.

Dari 634 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 175 saham menguat, 230 saham melemah, dan 229 saham stagnan.

Pergerakan Kurs Rupiah

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin atau 0,32 persen di level Rp14.325 per dolar AS. Rupiah memimpin pelemahan mata uang di Asia bersama rupee India yang turun 0,3 persen terhadap dolar AS pukul 16.25 WIB.

“Mata uang Asia masih diperdagangkan sebagian besar dalam kisaran akhir-akhir ini,” ujar Dushyant Padmanabhan, pakar strategi valas di Nomura Holdings Inc., Singapura.

“Ada sebagian kekhawatiran mengenai harga minyak dengan permasalahan seputar serangan kapal tanker tetapi isu utama saat ini adalah posisi untuk FOMC dan kemudian G20,” tambahnya, seperti dikutip dari Bloomberg.

Investor Asing Catat Net Sell Tipis Jelang Akhir Pekan

Aksi jual bersih oleh investor asing berlanjut pada perdagangan hari ketiga berturut-turut, sejalan dengan koreksi Indeks Harga Saham Gabungan.

Meski demikian, net sell yang tercatat hari ini relatif tipis dibandingkan dengan net sell yang tercatat pada perdagangan Kamis.

Lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor’s (S&P) menyatakan prospek investasi Indonesia akan membaik seiring dengan upayanya terus menjalankan infrastruktur.

Pasar Saham Global Lesu, Investor Berharap Pada The Fed

Bursa saham global bergerak cenderung melemah di tengah spekulasi pemangkasan suku bunga karena suramnya prospek pertumbuhan ekonomi global.

Di China, data produksi industri dilaporkan meleset dari estimasi pada Mei. Hal ini menyoroti tantangan yang dihadapi ekonomi saat ini di tengah pergulatan dengan perang tarif dengan AS.

Seiring dengan meningkatnya ketegangan perdagangan AS dan China yang mengancam akan melemahkan pertumbuhan ekonomi global dan kekhawatiran geopolitik di Timur Tengah, investor pasar modal kini mengandalkan dukungan bank-bank sentral.

Pergerakan Harga Emas

Harga emas Comex untuk kontrak Agustus 2019 terpantau lanjut menguat 14,10 poin atau 1,05 persen ke level US$1.357,80 per troy ounce pukul 18.47 WIB, menuju kenaikan hari keempat beruntun.

Sepanjang perdagangan hari ini, harga emas bergerak di level 1.345,70-1.362,20.

Sementara itu, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta naik Rp6.000 menjadi Rp681.000 per gram. Harga pembelian kembali atau buyback emas Antam pun naik Rp6.000 menjadi Rp610.000 per gram.

China Naikkan Bea Anti Dumping Pada Pipa AS, Harga Karet Melorot

Harga karet melanjutkan pelemahannya pada akhir perdagangan hari ini, di tengah berlanjutnya kekhawatiran soal konflik dagang Amerika Serikat (AS) dan China.

Kementerian Perdagangan China menyatakan menaikkan bea masuk anti-dumping pada beberapa jenis pipa dan tabung baja yang diimpor dari AS menjadi 101 persen – 147,8 persen.

Tarif baru tersebut melonjak 10 kali lipat dari tarif sebelumnya sebesar 13 persen -14,1 persen, yang diberlakukan pada tahun 2014 dan berakhir pada 10 Mei, seperti dilansir dari Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper