Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Terbaru GOTO di Tengah Rencana Kenaikan Tarif Ojol 15%

OCBC Sekuritas Indonesia mempertahankan rekomendasi beli saham GOTO di tengah rencana pemerintah yang berniat menaikkan tarif ojol.
Direktur Utama sekaligus CEO PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. Patrick Walujo memaparkan kinerja perseroan per kuartal III/2024. / Bisnis-Hendri T. Asworo
Direktur Utama sekaligus CEO PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. Patrick Walujo memaparkan kinerja perseroan per kuartal III/2024. / Bisnis-Hendri T. Asworo

Bisnis.com, JAKARTA — OCBC Sekuritas Indonesia mempertahankan rekomendasi beli saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) di tengah wacana kenaikan tarif ojek online atau ojol. 

Equity Research OCBC Sekuritas Gani menuturkan bahwa pemerintah tengah mengkaji kenaikan tarif dasar ojol roda dua sekitar 8%—15% guna meningkatkan pendapatan mitra pengemudi. Usulan ini mengemuka setelah sesi dengar pendapat antara pemerintah dan DPR.

Penyesuaian tarif sejatinya masih dalam tahap pembahasan. Pemerintah, kata Gani, ingin dulu menjaring masukan dari pelaku usaha dan masyarakat sebelum mengambil keputusan final.

Adapun penyesuaian tarif ojol terakhir dilakukan pada September 2022. Dengan mempertimbangkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) selama 2—3 tahun terakhir, dia menilai rentang kenaikan 8%—15% masih wajar untuk dilakukan. 

“Namun, jika diterapkan dalam waktu dekat, kami menilai waktunya kurang tepat mengingat lemahnya daya beli masyarakat belakangan ini,” ujar Gani dalam risetnya, Jumat (4/7/2025). 

Dia menuturkan bahwa untuk mengurangi dampak awal implementasi, GOTO diperkirakan dapat menyalurkan kembali biaya tambahan dari kenaikan tarif kepada pelanggan dalam bentuk insentif.

Perseroan juga berpeluang mengalokasikan kembali sebagian variabel insentif pengemudi, seperti bonus performa dan insentif loyalitas bulanan, sebagai tambahan insentif untuk pelanggan. 

Meski GOTO tidak mengungkap detail pembagian insentif, Gani menyampaikan bahwa data Grab Indonesia menunjukkan dari total insentif senilai US$501,1 juta yang dibayarkan kuartal I/2025, sebanyak US$215,1 juta atau 43% disalurkan ke mitra dan sisanya ke pelanggan akhir.

“Kami percaya bahwa penyesuaian taktis terhadap pembagian insentif ini dapat membantu memitigasi dampak dari kenaikan tarif tersebut,” ucapnya. 

Sementara itu, mengingat kebijakan tarif ojol belum final, OCBC Sekuritas belum memasukkan dampaknya ke dalam proyeksi kinerja GOTO. Perseroan disebut bakal menyampaikan pandangan lebih lanjut dalam paparan kinerja kuartal mendatang. 

Di tengah potensi kenaikan tarif ojol, Gani menyatakan tetap mempertahankan rekomendasi beli saham GOTO dengan target harga Rp100 per saham. Target tersebut mencerminkan kenaikan sebesar 69,49% dari harga saat ini yakni Rp59 per saham.

Manajemen GOTO turut memproyeksikan perolehan EBITDA disesuaikan sebesar Rp1,4 triliun—1,6 triliun pada 2025. Ini akan ditopang oleh efisiensi biaya, khususnya dari kerja sama infrastruktur cloud dengan Alibaba yang diteken pada September 2024. 

“Namun, investor tetap perlu mencermati sejumlah risiko, termasuk ketatnya persaingan di bisnis ride hailing dan fintech, lemahnya daya beli masyarakat, serta potensi masuk pemainnya baru dengan modal besar di dua segmen tersebut,” kata Gani. 

Dalam perkembangan lain, GOTO sejauh ini masih melakukan kajian mendalam bersama Kementerian Perhubungan (Kemenhub) perihal rencana penyesuaian tarif ojol.

Director of Public Affairs and Communications GOTO Ade Mulya menyatakan bahwa hingga kini belum ada kenaikan dan pengenaan tarif masih mengikuti regulasi yang berlaku.

“Gojek memastikan bahwa seluruh penerapan tarif mengikuti regulasi yang berlaku dari pemerintah,” kata Ade kepada Bisnis, Selasa (2/7/2025). 

Dia juga menyebutkan tarif baru yang sedang digodok tidak akan memberatkan konsumen. Perseroan berkomitmen menghadirkan tarif yang kompetitif untuk menjaga keberlanjutan ekosistem, sekaligus memastikan permintaan tetap tinggi.

***

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper