Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham BBCA hingga BRMS Banyak Dilego Asing, Intip Proyeksinya pada Semester II/2025

Pasar saham Indonesia mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp53,56 triliun semester I/2025. Bagaimana proyeksinya pada paruh kedua tahun ini?
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat (9/5/2025). JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat (9/5/2025). JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah saham seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) hingga PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) menjadi paling banyak dijual asing pada semester I/2025. Bagaimana kemudian perkiraan nasib aliran dana asing ke saham-saham tersebut pada paruh kedua 2025?

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar saham Indonesia mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp53,56 triliun sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD) atau sejak perdagangan perdana 2025 sampai akhir semester I/2025.

Sejumlah saham mencatatkan net sell asing jumbo pada paruh pertama 2025. Saham BBCA, misalnya, mencatatkan net sell asing terbesar yakni Rp12,7 triliun sepanjang semester I/2025.

Kemudian, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatatkan net sell asing sebesar Rp9,56 triliun sepanjang semester I/2025. 

Lalu, saham BRMS mencatatkan net sell asing sebesar Rp4,39 triliun pada paruh pertama tahun ini. 

Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) pun mencatatkan net sell asing sebesar Rp4 triliun pada semester I/2025. Kemudian, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencatatkan net sell asing sebesar Rp3,22 triliun pada paruh pertama 2025.

Deretan saham lainnya yakni PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) dengan catatan net sell asing sebesar Rp2,23 triliun, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) dengan net sell asing sebesar Rp1,55 triliun, dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) dengan catatan net sell asing sebesar Rp1,51 triliun sepanjang semester I/2025.

Larinya dana asing dari pasar saham Indonesia sejalan dengan masih lesunya indeks harga saham gabungan (IHSG). Indeks mencatatkan pelemahan 2,15% YtD atau sejak perdagangan perdana 2025 hingga penutupan perdagangan akhir paruh pertama tahun ini (30/6/2025), di level 6.927,67.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menilai sebagian besar distribusi dana keluar terjadi di saham-saham perbankan besar, seperti BBCA, BMRI, dan BBRI. 

"Hal ini bisa jadi refleksi dari rotasi sektor secara global dan sentimen risk-off investor asing terhadap emerging market, seiring ekspektasi bahwa suku bunga global terutama dari The Fed masih akan cenderung bertahan lebih lama dari yang diperkirakan," kata Miftahul kepada Bisnis pada Senin (7/7/2025).

Adapun, pada semester II/2025, menurutnya aliran dana investor asing masih akan cukup fluktuatif dan akan sangat bergantung pada dinamika global. 

"Kami masih melihat ada ruang pembalikan arus dana asing di paruh kedua tahun ini, terutama jika ada katalis positif seperti penurunan suku bunga global, stabilnya nilai tukar rupiah, serta rilis data ekonomi domestik yang solid, termasuk pertumbuhan PDB [produk domestik bruto] kuartal II/2025 dan kinerja fiskal," ujar Miftah.

Dia menilai, saham perbankan seperti BBCA dan BMRI masih akan menjadi penentu aliran dana asing pada semester II/2025. Selain sektor perbankan, sektor yang bisa memengaruhi aliran dana asing ke depan antara lain energi, khususnya emiten batu bara dan nikel, telekomunikasi, serta emiten konsumen primer yang punya kinerja defensif. 

"Fokus investor asing kemungkinan akan beralih ke saham dengan pertumbuhan stabil, dividen menarik, dan eksposur yang minim terhadap risiko geopolitik atau tekanan eksternal lain," tutur Miftahul. 

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta memproyeksikan sepanjang 2025 pasar saham Indonesia masih membukukan net sell asing. Akan tetapi, terdapat peluang penyusutan net sell asing pada paruh kedua 2025.

Katalis positifnya adalah geliat asing yang akan mengakumulasi saham-saham yang sudah undervalued. Di antara saham-saham yang bisa diakumulasi adalah saham bank jumbo seperti BBCA, BMRI, dan BBNI. Saham-saham tersebut menurutnya mempunyai peluang meraup masuknya dana asing pada semester II/2025 didorong sejumlah sentimen, salah satunya peluang penyusutan suku bunga acuan.

"Bank Indonesia berkomitmen turunkan suku bunga acuan, karena pertumbuhan ekonomi harus digenjot atau dioptimalkan," ujar Nafan.

Akan tetapi, terdapat tantangan bagi masuknya dana asing ke pasar saham Indonesia salah satunya adalah penurunan outlook pertumbuhan ekonomi 2025 dari pemerintah menjadi sebesar 5%. Angka tersebut lebih rendah dari asumsi APBN 2025 sebesar 5,2%.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper