Bisnis.com, JAKARTA—Nilai net subscription reksa dana di Mandiri Manajemen Investasi justru meningkat sepanjang Mei, kendati nilai investasi di industri reksa dana menurun. Begitu juga dengan dana kelolaan perseroan.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai subscriptions reksa dana turun 8,60% menjadi Rp59,02 triliun pada Mei, dibandingkan dengan bulan sebelumnya senilai Rp64,58 triliun.
Begitu pula nilai redemptions terkikis 6,88% menjadi Rp58,18 triliun pada bulan lalu, dibandingkan dengan Rp62,48 triliun pada April.
Dengan demikian, net subscription reksa dana turun ke level terendahnya sejak awal tahun menjadi Rp837,62 mliar.
Direktur Utama Mandiri Investasi Alvin Pattisahusiwa menjelaskan, salah satu penyebab turunnya net subs reksa dana sepanjang Mei karena keperluan uang tunai (cash) yang meningkat menjelang libur Lebaran.
“Dilihat dari kebutuhan, kalau dilihat dari data bank seperti Mandiri dan BNI, itu juga penarikan uangnya cukup besar. Saya rasa ini wajar saja kalau net subscription turun karena kebutuhan cash meningkat,” kata Alvin kepada Bisnis.com, Kamis (13/6/2019).
Baca Juga
Adapun melihat penurunan di industri, net subs yang dibukukan oleh Mandiri Investasi diklaim Alvin masih stabil pada Mei.
Dirinya mengungkapkan, dari sisi total dana kelolaan Mandiri Investasi justru terjadi peningkatan tipis pada Mei menjadi sekitar Rp54,3 triliun dibandingkan bulan sebelumnya senilai Rp54,13 triliun.
Adapun penopang kenaikan itu berasal dari produk reksa dana terproteksi dan reksa dana pasar uang. Sementara produk reksa dana saham tertekan karena mengikuti penurunan valuasi pasar.
“Reksa dana terproteksi yang naik paling banyak. Kebetulan pada Mei, kami meluncurkan satu reksa dana terproteksi baru. Memang tahun ini yang jatuh tempo untuk terproteksi cukup besar, jadi itu kami ganti,” imbuh Alvin.
Ke depannya, Alvin optimistis nilai net subs reksa dana bisa naik lagi melihat beberapa sentimen positif mulai kembali ke pasar seperti revisi naik rating Indonesia dari S&P menjadi BBB dari BBB-.
Selain itu, kemungkinan Bank Sentral AS (Federal Reserve) untuk menurunkan suku bunga juga diperkirakan bakal memberikan peluang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan BI 7-Day Repo Rate.
“Jadi, saya rasa itu akan jadi katalis positif ke depannya bagi investor untuk mulai melakukan subs[reksa dana], melihat peluang yang masih bagus baik di saham maupun obligasi,” kata Alvin.
Adapun saat ini, Alvin memaparkan bahwa beberapa sektor yang menarik bagi Mandiri Invetasi masih berasal dari eksportir khususnya nonkomiditas. Pasalnya, perusahaan-perusahaan eksportir nonkomiditas dinilai masih bisa memanfaatkan kesempatan dari perang dagang antara AS dan China.
Selain itu, sektor perbankan dan properti juga dinilai masih berpeluang cukup baik dengan adanya peluang penurunan suku bunga.