Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Libur Lebaran, Transaksi Obligasi Bakal Ramai

Pagi ini, Senin (27/5/2019), pasar obligasi diperkirakan menguat seiring dengan makin dekatnya libur panjang.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -- Pagi ini, Senin (27/5/2019), pasar obligasi diperkirakan menguat seiring dengan makin dekatnya libur panjang.

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan bahwa transaksi akan ramai pada Senin dan Selasa.  Namun, sentimen pagi ini tidak akan berlangsung lama dikarenakan adanya libur panjang pekan depan. "Kami merekomendasikan beli hal ini dengan volume terbatas, memang ada potensi kenaikan tapi harus tetap hati hati," jelasnya melalui riset Senin (27/5/2019).

Adapun pada akhir pekan lalu (25/5/2019), pasar obligasi pada akhirnya berhasil mempertahankan penguatan secara konsisten. Keputusan hasil KPU mampu mengangkat harga pasar obligasi kendati agak sedikit tertahan dengan isu politik yang beredar. Hal ini menyebabkan animo dari investor asing agak sedikit tertahan, apalagi situasi dan kondisi global masih belum menentu. 

Sentimen global China dengan Amerika masih berlanjut. China melalui utusannya, Cui Tiankai, mengatakan bahwa masuknya daftar hitam Huawei merupakan tindakan yang tidak biasa dari Amerika. Cui juga mengatakan dalam sebuah wawancara, bahwa perdagangan merupakan hal yang saling menguntungkan, dan perang adalah tentang saling menghancurkan.

Dia juga menyampaikan bahwa tuduhan terhadap Huawei adalah tuduhan yang yang tidak berdasar. Menurutnya, langkah langkah yang dilakukan Amerika terhadap Huawei adalah langkah yang tidak biasa karena memobilisasi sebuah negara untuk melawan Perusahaan Swasta. 

Cui  percaya bahwa pembicaraan, komunikasi, konsultasi, dan diskusi adalah satu satunya jalan untuk keluar dari perselihan antara Amerika dan China, dan
China masih berkomitmen untuk itu. 

Sejauh ini meskipun para pelaku pasar dan investor berharap terhadap pertemuan antara Xi dan Trump di Osaka, Jepang, tetapi belum ada diskusi yang resmi terkait akan pertemuan tersebut. Dengan demikian, belum ada rencana bahwa pertemuan tersebut akan terlaksana. Potensi resiko ekonomi dan politik yang lebih besar, akan dihadapi oleh Trump.

Risiko bahwa gelombang tarif yang berikutnya berpotensi untuk menghantam kebutuhan pokok konsumen seperti pakaian anak anak, smartphone, dan
beberapa barang lainnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper