Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Usai Pengumuman KPU, Rupiah Masih Bergerak Melemah

Rupiah masih diperdagangkan di zona merah pada perdagangan Selasa (21/5/2019) di tengah pengumuman hasil rekapitulasi pemilihan presiden oleh KPU dan menguatnya dolar AS. 
Cash Pooling
Cash Pooling

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah masih diperdagangkan di zona merah pada perdagangan Selasa (21/5/2019) di tengah pengumuman hasil rekapitulasi pemilihan presiden oleh KPU dan menguatnya dolar AS. 

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (21/5/2019) pukul 9.54 WIB, rupiah masih bergerak melemah, terdepresiasi 0,104% atau 15 poin menjadi Rp14.470 per dolar AS.

Mengutip riset harian Asia Trade Point Futures, pelaku pasar saat ini cenderung menghindari rupiah seiring dengan kondisi politik dalam negeri. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah merampungkan proses rekapitulasi tingkat nasional. Hasilnya, pasangan calon presiden Jokowi-Amin unggul 85.607.362 suara atau 55,50% dari Prabowo-Sandi 68.650.239 atau 44,50%.

"Rupiah masih terselimuti sentimen domestik seperti data-data ekonomi yang melambat dan situasi politik dalam negeri pasca pilpres," mengutip riset Asia Trade Point Futures, Selasa (21/5/2019).

Selain itu, dolar AS bergerak stabil di dekat level tertingginya didukung oleh permintaan aset safe-haven dolar AS akibat meningkatnya kekhawatiran pasar bahwa perang perdagangan AS-China dapat memburuk setelah pemberian sanksi Huawei Technologies.

Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan 6 mata uang mayor lainnya bergerak menguat 0,12% menjadi 98,052.

"Dolar telah memantapkan dirinya sebagai safe-haven dan itu menarik permintaan di saat-saat seperti ini, dengan jatuhnya ekuitas dan meningkatnya volatilitas pasar," kata Takuya Kanda, manajer umum di Gaitame.Com Research Institute, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (21/5/2019).

Kemudian, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan pada Senin (20/5/2019) bahwa dalam waktu dekat pihaknya belum akan mengeluarkan keputusan kebijakan moneter apapun.

Dia menilai terlalu dini untuk membuat keputusan tentang dampak perdagangan dan masalah tarif terhadap kebijakan moneter. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper