Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahana TCW : Dampak Pemilu 2019 terhadap Pasar Modal Tidak Sekuat Pemilu Sebelumnya?

Bahana TCW Investment Management menilai dampak pemilu terhadap pasar modal 2019 tidak akan signifikan seperti pemilu sebelumnya sejak era reformasi. Lantas, apa alasannya?
Chief Economist & Direktur Investor Relations Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat menjawab pertanyaan redaksi disela-sela Bisnis Indonesia Leader's Day, di kantor Bisnis Indonesia, Jakarta, Selasa (5/9)./JIBI-Endang Muchtar
Chief Economist & Direktur Investor Relations Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat menjawab pertanyaan redaksi disela-sela Bisnis Indonesia Leader's Day, di kantor Bisnis Indonesia, Jakarta, Selasa (5/9)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA — Bahana TCW Investment Management menilai dampak pemilu terhadap pasar modal 2019 tidak akan signifikan seperti pemilu sebelumnya sejak era reformasi. Lantas, apa alasannya?

 Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management (BTIM) Budi Hikmat mengatakan bahwa pesta demokrasi Indonesia telah berlangsung dengan semarak pada pekan lalu. Kendati harus menunggu pengumuman Komisi Pemilihan Umum (KPU) berdasarkan hitung manual, hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga semuanya mengunggulkan pasangan Joko Widodo dan Maruf Amin.

 Adapun, antusiasme para pelaku pasar pada tahun pemilu ini sudah ditandai dengan meningkatnya arus modal asing, baik di pasar modal maupun obligasi sejak awal tahun (year to date/ytd) hingga akhir pekan lalu. 

Namun demikian, dampak pemilu terhadap pasar modal pada tahun 2019 ini tidak akan sekuat pemilu sebelumnya sejak era reformasi. Budi Hikmat mengungkapkan bahwa berakhirnya era super commodity booming yang memicu defisit neraca berjalan selama 5 tahun terakhir merupakan faktor pembeda secara fundamental. 

“Pada pemilu sebelumnya, era super commodity booming ini menopang surplus neraca berjalan yang memperkuat daya beli masyarakat seperti tercermin pada peningkatan uang beredar M1. Penjualan big-ticket items seperti kendaraan bermotor, propert dan semen cenderung meningkat yang meningkatkan laba emiten. Itu sebabnya IHSG melambung naik setiap tahun pemilu. Namun pemilu kali ini ditandai dengan pelemahan pertumbuhan M1 yang sejalan dengan defisit neraca berjalan yang berisiko membatasi kenaikan IHSG,” ungkap Budi melalui siaran pers, Senin (22/4/2019). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper