Bisnis.com, JAKARTA — Bahana TCW Investment Management menilai dampak pemilu terhadap pasar modal 2019 tidak akan signifikan seperti pemilu sebelumnya sejak era reformasi. Lantas, apa alasannya?
Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management (BTIM) Budi Hikmat mengatakan bahwa pesta demokrasi Indonesia telah berlangsung dengan semarak pada pekan lalu. Kendati harus menunggu pengumuman Komisi Pemilihan Umum (KPU) berdasarkan hitung manual, hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga semuanya mengunggulkan pasangan Joko Widodo dan Maruf Amin.
Adapun, antusiasme para pelaku pasar pada tahun pemilu ini sudah ditandai dengan meningkatnya arus modal asing, baik di pasar modal maupun obligasi sejak awal tahun (year to date/ytd) hingga akhir pekan lalu.
Namun demikian, dampak pemilu terhadap pasar modal pada tahun 2019 ini tidak akan sekuat pemilu sebelumnya sejak era reformasi. Budi Hikmat mengungkapkan bahwa berakhirnya era super commodity booming yang memicu defisit neraca berjalan selama 5 tahun terakhir merupakan faktor pembeda secara fundamental.
“Pada pemilu sebelumnya, era super commodity booming ini menopang surplus neraca berjalan yang memperkuat daya beli masyarakat seperti tercermin pada peningkatan uang beredar M1. Penjualan big-ticket items seperti kendaraan bermotor, propert dan semen cenderung meningkat yang meningkatkan laba emiten. Itu sebabnya IHSG melambung naik setiap tahun pemilu. Namun pemilu kali ini ditandai dengan pelemahan pertumbuhan M1 yang sejalan dengan defisit neraca berjalan yang berisiko membatasi kenaikan IHSG,” ungkap Budi melalui siaran pers, Senin (22/4/2019).