Bisnis.com, JAKARTA — Kepercayaan diri investor asing terhadap pasar surat berharga negara (SBN) dalam negeri diyakini tidak berkurang, kendati pada awal April 2019 ini cenderung turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, hingga Senin (15/4/2019), kepemilikan investor asing pada SBN mencapai Rp953,14 triliun.
Nilai ini turun Rp13,98 triliun dibandingkan dengan posisi akhir Maret 2019 lalu yang senilai Rp967,12 triliun. Penurunan paling tajam tercatat pada Senin (15/4/2019) yang dalam sehari turun sebesar Rp15,26 triliun. Ini merupakan pencatatan atas hasil transaksi 2 hari sebelumnya, mengingat sistem pencatatan data transaksi SBN menganut sistem T+2.
Kendati demikian, turunnya kepemilikan investor asing ini tidak menimbulkan gejolak di pasar, sebab penurunan bukan terjadi karena aksi jual asing, tetapi karena adanya surat utang yang jatuh tempo mencapai Rp61,88 triliun pada hari tersebut. Hal ini terbukti dari turunnya total outstanding SBN dari Rp2.537,79 triliun per Jumat (12/4/2019) lalu menjadi Rp2.475,91 triliun per Senin (15/4/2019).
Ramdhan Ario Maruto, Associate Directory Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia, mengatakan bahwa bila investor asing benar-benar melakukan aksi jual sebesar Rp15,26 triliun dalam sehari, pasar SBN domestik pasti akan anjlok.
Namun, kenyataannya pasar obligasi masih relatif stabil sepanjang 2 pekan terakhir. Penguatan maupun pelemahan yang terjadi secara harian relatif tidak terlalu signifikan.
Ramdhan mengatakan, keluarnya asing akibat jatuh tempo, apalagi bertepatan dengan momen pemilu, kemungkinan akan menyebabkan mereka menahan diri sebentar sebelum kembali masuk ke pasar SBN. Dirinya meyakini, dalam waktu dekat, dana asing yang jatuh tempo itu akan kembali masuk ke dalam pasar SBN, entah melalui lelang ataupun pasar sekunder.
"Pasar kita cukup kuat saat ini. Kita bisa meyakini mereka akan segera masuk lagi, minimal lebih dari setengah akan masuk lagi dalam waktu dekat," katanya, Selasa (17/4/2019).
Ramdhan menilai bahwa saat ini belum ada penurunan tingkat kepercayaan diri investor asing terhadap pasar SBN dalam negeri. Sentimen pemilu tidak begitu dikhawatirkan, terlihat dari nilai pembelian sepanjang kuartal pertama tahun ini yang bahkan sudah melampaui nilai beli bersih sepanjang 2018.
Ramdhan menilai, pasar SBN memiliki peluang yang sangat besar untuk menguat lagi setelah pemilu, terlepas dari siapapun presiden yang terpilih. Pasalnya, sentimen global yang menjadi penggerak utama pasar cenderung sedang dalam tren positif, sedangkan kondisi makro ekonomi domestik pun relatif kuat.
Sentimen pengetatan suku bunga The Fed serta berlanjutnya perang dagang cenderung mereda, sedangkan data neraca perdagangan dalam negeri mulai positif.
Pertumbuhan industri keuangan domestik penopang pasar SBN, seperti reksadana, dapen, asuransi, dan bank pun cukup positif. Nilai tukar rupiah pun berpeluang untuk terus menguat. Semua ini menjadi sentimen positif bagi pasar SBN pasca-pemilu.
Fikri C. Permana, ekonom Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), sependapat bahwa kepercayaan investor global terhadap pasar obligasi dalam negeri masih akan tinggi, meskipun memang ada penurunan outstanding asing bulan ini akibat jatuh tempo yang besar.
"Seiring dengan stabilnya rupiah dan positifnya neraca dagang di Februari 2019 senilai USD330 juta dan Maret 2019 senilai USD540 juta, maka saya pikir ekspektasi terhadap pasar keuangan Indonesia masih akan bagus. Namun, mungkin akan sedikit tertahan dengan adanya pemilu besok," katanya.
Oleh karena itu, tuturnya, pihaknya melihat arus masuk investasi asing ke indonesia baru akan sangat terlihat di akhir April 2019 hingga awal Mei 2019.
Kendati tidak ada indikator yang bisa dijadikan patokan pasti terkait kepercayaan diri asing, tetapi asumsi-asumsi ini dapat menjadi landasan untuk meyakini bahwa investor asing masih akan sangat percaya terhadap pasar keuangan Indonesia, khususnya SBN.