Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siapapun Presidennya, Inflow Asing Diperkirakan Bakal Terus Masuk

Aksi beli yang dilakukan oleh investor asing diperkirakan bakal berlanjut hingga akhir tahun, terlepas dari siapa yang terpilih menjadi presiden dalam Pemilu pada 17 April 2019, selama stabilitas dan pertumbuhan ekonomi masih terjaga.
Pengunjung menggunakan smartphone di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan saham di BEI, Jakarta, Rabu (20/3/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan smartphone di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan saham di BEI, Jakarta, Rabu (20/3/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Aksi beli yang dilakukan oleh investor asing diperkirakan bakal berlanjut hingga akhir tahun, terlepas dari siapa yang terpilih menjadi presiden dalam Pemilu pada 17 April 2019, selama stabilitas dan pertumbuhan ekonomi masih terjaga.

Hal itu disampaikan oleh Executive Vice President Intermediary Business Renny Raharja, bahwa investor asing cenderung lebih memperhatikan prospek pertumbuhan dan stabilitas perekonomian Indonesia ketimbang terfokus dengan perkembangan dari sisi politik.

“Memamg mungkin ada perhitungan [investor] asing dan lokal yang sedikit beda, dalam arti siapa yang memenangkan Pilpres. Tapi, kalau investor asing melihatnya dari sisi stabilitas dan pertumbuhan [ekonomi] yang terjaga,” kata Renny di Jakarta, Kamis (11/4/2019).

Dirinya menilai, siapa pun yang memenangkan Pilpres, selama aspek perekonomian terjaga, hal itu akan dapat memberikan kepastian kepada investor bahwa fundamental ekonomi juga baik.

Sepanjang tahun berjalan per 10 April 2019, tercatat investor asing telah melakukan aksi beli bersih (net buy) senilai US$682 juta.

Ke depannya, Renny menilai investor asing bakal banyak yang masuk ke saham-saham berkapitalisasi besar (big cap) karena sejak awal tahun ini harganya belum terlalu naik.

Lebih lanjut, dari kaca mata investor asing, Renny menjelaskan bahwa tensi politik di Indonesia tergolong di tingkat menengah atau lebih rendah dibandingkan dengan tensi politik yang ada di India danArgentina.

Dengan perkiraan bahwa pertumbuhan ekonomi global hanya mampu tumbuh 3,3% pada tahun ini yang lebih disebabkan oleh pelemahan ekonomi di negara-negara maju, aset di pasar negara berkembang (emerging market)--termasuk Indonesia--pun bakal tampil menarik selera investor asing.

Renny menilai dengan pertimbangan bahwa ada momentum secara value di pasar, aksi beli dari investor asing akan berlanjut kendati tetap tidak akan terhindar dari aksi profit taking.

“Orang justru menggunakan sentimen [Piplres] ini sebagai momentum profit taking atau masuk. Tapi menurut saya, selama Indonesia pertumbuhan dan stabilitasnya dijaga lebih baik dari tahun lalu, tahun ini akan bisa lebih kondusif,” tutur Renny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper