Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menilik Peluang Indofarma (INAF) & Krakatau Steel (KRAS) Cetak Untung

Setelah merugi pada 2016—2018, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. dan PT Indofarma (Persero) Tbk. memasang target optimistis untuk mencetak keuntungan miliaran rupiah tahun ini. Akankah jalan keduanya mulus mencapai target tahun ini?
Pekerja memotong lempengan baja panas di pabrik pembuatan hot rolled coil (HRC) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Cilegon, Banten, Kamis (7/2/2019)./ANTARA-Asep Fathulrahman
Pekerja memotong lempengan baja panas di pabrik pembuatan hot rolled coil (HRC) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Cilegon, Banten, Kamis (7/2/2019)./ANTARA-Asep Fathulrahman

Bisnis.com, JAKARTA — Setelah merugi pada 2016—2018, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. dan PT Indofarma (Persero) Tbk. memasang target optimistis untuk mencetak keuntungan miliaran rupiah tahun ini. Akankah jalan keduanya mulus mencapai target tahun ini?

Sampai dengan akhir 2018, tercatat 16 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki status Persero Tbk. Dari jumlah itu, dua emiten dari keluarga pelat merah masih membukukan kerugian per akhir tahun lalu. Jumlah tersebut berkurang bila dibandingkan dengan periode akhir 2017. Pasalnya, saat itu tercatat tiga emiten masih menderita kerugian.

Dua emiten BUMN yang masih menderita kerugian per akhir 2018 yakni PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. dan PT Indofarma (Persero) Tbk. Kendati demikian, rugi yang dibukukan tergerus pada akhir tahun lalu. Indofarma misalnya, membukukan penjualan bersih Rp1,59 triliun pada 2018. Pencapaian itu turun 2,35% dari Rp1,63 triliun pada 2017.

Beban pokok penjualan perseroan tercatat senilai Rp1,30 triliun per akhir 2018. Posisi itu turun 2,95% dari Rp1,34 triliun pada 2017. Dari sisi beban, perseroan menekan beban penjualan 10,01% secara tahunan pada 2018. Akan tetapi, masih terjadi kenaikan beban umum dan administrasi 23,16%.

Dari situ, perseroan membukukan rugi yang yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp32,73 miliar per akhir tahun lalu. Jumlah itu turun 29,28% dari Rp46,28 miliar pada 2017.

Apabila dibandingkan dengan realisasi 2017 maka boleh dibilang pencapaian emiten berkode saham INAF itu membaik. Pasalnya, saat itu rugi INAF melebar 166,58% dari Rp17,36 miliar pada 2016 menjadi Rp46,28 miliar.

Diberitakan sebelumnya, Manajemen INAF menyebut pencapaian 2018 berkat banyaknya bisnis yang diperoleh dari tender Kementerian Kesehatan. Selain itu, perseroan memperoleh pendapatan-pendapatan lain dari penjualan aset kerja sama operasi anak usaha.

Untuk memperbaiki kinerja pada 2019, INAF telah memiliki serangkaian strategi. Hal itu disampaikan oleh Direktur Keuangan & Human Capital Herry Triyatno saat dihubungi Bisnis.com.

Herry menuturkan sedang melakukan pembenahan portofolio bisnis. Tujuannya, agar penjualan perseroan yang terkonsentrasi kepada produks generik lebih terdiversifikasi.

Pada tahun ini, dia menyebut penjualan obat bermerek dan alat kesehatan akan ditingkatkan. Dua sektor itu diharapkan dapat memberikan margin yang lebih baik. “Kami mencanangkan kinerja yang lebih baik dari rugi Rp32 miliar pada 2018 menjadi untung Rp8 miliar pada 2019,” jelasnya.

Mengacu data di situs resmi perseroan, saat ini INAF memiliki sejumlah produk yakni obat generik berlogo, over the counter (OTC), ethical, diagno stik, medical instruments, dan pharmeuceutic al instruments. Pada 2018, penjualan obat berkontribusi 43,42% terhadap penjualan bersih, diikuti makanan kesehatan 41,50%, reagensia 7,86%, alat kesehatan 5,26%, dan lain lain 1,96%.

Di sisi lain, Krakatau Steel melaporkan pendapatan US$1,73 miliar pada 2018. Realisasi itu tumbuh 20,05% dari US$1,44 miliar pada 2017. Dari sisi beban, perseroan menekan jumlah beban umum dan administrasi 17,02% secara tahunan pada 2018. Akan tetapi, beban operasi lainnya tercatat naik 340% secara tahunan.

KRAS menekan bagian rugi dari entitas asoasiasi dan ventura bersama dari US$41,22 juta pada 2017 menjadi US$5,30 juta per akhir tahun lalu. Selain itu, perseroan menikmati laba selisih kurs US$27,95 juta pada 2018 setelah sebelumnya rugi selisih kurs US$3,43 juta.

Dengan demikian, produsen baja pelat merah itu membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk US$74,81 juta per akhir tahun lalu. Posisi itu turun 8,48% dari US$81,74 juta pada 2017.

Seperti diketahui, KRAS tercatat membukukan kerugian pada 2016—2018. Namun, nilainya terus mengalami penurunan selama rentang periode tersebut. Adapun, kerugian yang dibukukan KRAS dalam tiga tahun terakhir yakni US$171,69 juta pada 2016, US$81,74 juta pada 2017, dan US$74,81 juta pada 2018.

Manajemen KRAS menjelaskan bahwa pertumbuhan pendapatan sejalan dengan peningkatan volume 12,84% pada 2018. Selanjutnya, perseroan juga menikmati kenaikan harga jual produk baja seperti rerata harga jual hot rolled coils (HRC) yang tumbuh 10,03% menjadi US$657 per ton, cold rolled coil (CRC) naik 6,72% menjadi US$717 per ton, dan wire rod meningkat 15,03% menjadi US$635 per ton .

Sebagai gambaran, KRAS menjadi produsen baja terbesar dengan kapasitas produksi 3,15 juta ton per tahun. Produk utama BUMN itu yakni HRC, CRC, dan wire rod.

Sebelumnya, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan optimistis kinerja perseroan akan semakin membaik. Keyakinan tersebut sejalan dengan tranformasi internal yang tengah berlangsung. 

Silmy menjelaskan bahwa perseroan tengah melakukan restrukturisasi utang dan organisasi. Tujuannya, agar ke depan emiten berkode saham KRAS itu semakin lincah, cepat, dan tepat dalam merespons dinamika pasar.

“Dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan [RKAP] 2019 kami punya target untung sekitar US$20 juta,” tuturnya.

PELUANG

Managing Director Lembaga Management FEB Universitas Indonesia Toto Pranoto menilai bahwa sumber utama kerugian KRAS yakni ketidakmampuan bersaing melawan produk baja impor yang relatif lebih murah dibanding produk perseroan. Bahkan, menurutnya volume baja impor sudah 55% di pasar domestik pada 2018.

Dengan kondisi itu, KRAS harus lebih banyak berbenah secara internal. Terutama, pengelolaan cost structure yang makin efisien sehingga bottom line bisa menjadi positif.

Di sisi lain, Toto menyebut INAF saat ini sudah memiliki produk yang kian terdiversifikasi. Artinya, perseroan tidak lagi mengandalkan produk obat generik. “INAF dan KRAS meskipun masih rugi pada 2018, namun paling tidak mampu menurunkan kerugian dibanding 2017,” paparnya.

Frederik Rasali, Vice President Research Artha Sekuritas menyarankan agar KRAS lebih berfokus kepada efisiensi di level produksi. Beroperasinya fasilitas blast furnace diharapkan menjadi salah satu solusi.

“KRAS harus meningkatkan volume penjualan dan utilisasi dari pabrik daripada melakukan efisiensi di level beban umum dan administrasi,” tuturnya.

Sementara itu, INAF menurutnya harus fokus menggenjot penjualan. Akan tetapi, memang tidak mudah untuk meningkatkan margin laba dengan produk generik.

Secara terpisah, Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menilai target dua emiten itu untuk mencatatkan laba bersih pada 2019 relatif masih berat. Hal itu sejalan dengan tantangan yang dimiliki oleh INAF dan KRAS.

Alfred menyebut selain faktor eksternal, KRAS juga menghadapi tantangan dari struktur keuangan dan pembayaran beban keuangan. Menurutnya, kondisi net loss dalam tujuh tahun berturut-turut membuat pendanaan melalui utang untuk perbaikan struktur keuangan dan kebutuhan modal menjadi sulit.

Adapun, kondisi hampir serupa juga dialami oleh INAF. Pasalnya, tingginya beban keuangan perseroan masih membebani untuk mencetak laba tahun ini. Dia menyarankan INAF perlu melakukan diversivikasi ke bisnis yang memberikan margin lebih besar. Salah satunya produk herbal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper