Bisnis.com, JAKARTA — Harga logam dasar di bursa Shanghai bergerak cenderung stabil setelah pemerintah China mengumumkan untuk memangkas target pertumbuhan ekonominya menjadi pada kisaran 6% hingga 6,5% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang menargetkan pertumbuhan 6,5%.
Berdasarkan data Bloomberg, harga aluminium di bursa Shanghai pada perdagangan Selasa (5/3/2019) pukul 13.04 WIB, turun tipis 1,06% menjadi 13.565 yuan per ton. Sementara itu, harga tembaga di bursa Shanghai bergerak melemah tipis 0,74% menjadi 49.970 yuan per ton.
Adapun, pada penutupan perdagangan Senin (4/3/2019), harga logam di bursa LME mayoritas ditutup melemah. Aluminium ditutup melemah 2,24% menjadi US$1.875 per ton, tembaga ditutup melemah 1,07% menjadi US$6.409 per ton, dan timbal melemah 1,40% menjadi US$2.113 per ton.
Kemudian, timah melemah 0,79% menjadi US$21.450 per ton, zinc melemah 1,22% menjadi US$2.751 per ton, dan hanya nikel yang menguat 0,45% menjadi US$13.255 per ton.
Walaupun demikian, analis memproyeksi logam masih memiliki masa depan yang cukup baik pada tahun ini. Pasalnya, penurunan target tersebut diimbangi dengan pemberian stimulus oleh pemerintah China dengan memangkas pajak hingga mencapai 2 triliun atau senilai US$298 miliar.
China memotong tiga poin persentase untuk kelompok teratas pada pajak pertambahan nilai sebagai langkah untuk membantu sektor manufaktur. Sebagai informasi, data manufaktur China pada Februari 2019 menunjukkan hasil yang buruk, memberikan sinyal pelemahan permintaan untuk logam.
Mengutip riset Goldman Sachs, dengan target pertumbuhan yang lebih sederhana dipasangkan dengan stimulus, merupakan sebuah upaya pemerintah untuk menstabilkan ekonomi setelah terpukul pada 2018 juga sebagai sentimen positif bagi harga logam.
"Langkah China yang bersedia untuk melonggarkan kebijakan tersebut akan memberikan laju pertumbuhan manufaktur yang baik dalam beberapa bulan mendatang," tulis Goldman Sachs seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (5/3/2019).
Goldman memperkirakan harga komoditas jangka pendek masih tetap akan bullish, tercermin dari indeks S&P GSCI yang diperkirakan naik lagi sebesar 5% selama 3 bulan.
Di sisi lain, stimulus juga ditopang oleh sentimen dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia, AS dan China, yang semakin dekat dengan kesepakatan perdagangan sehingga dapat mengangkat sebagian besar atau semua tarif impor AS untuk China.
Akibatnya, permintaan China dapat kembali normal dan membantu harga logam untuk terus dalam tren bullish.