Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) PT Terregra Asia Energy Tbk. menggandeng dua perusahaan ternama asal Jepang yaitu Mitsui & Co, Ltd. dan Yonden untuk menggarap salah satu proyek pembangkit listrik perseroan.
Proyek yang dikerjakan bersama tersebut adalah Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) berkapasitas 10 megawatt yang dibangun perseroan di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Utara.
Sekretaris Perusahaan Terregra Asia Energy Christin Soewito menyampaikan, proyek pembangkit di Batang Toru tersebut sudah dibangun perseroan sejak tahun lalu. Kedua perusahaan Jepang tersebut lalu menyatakan ketertarikan untuk ikut berinvestasi setelah serangkaian proses penjajakan.
“Mitsui dan Yonden sudah menjadi partner kami di proyek di Batang Toru. Mitsui dan Yonden sudah melaksanakan due diligence selama 2 tahun. Mereka sudah mengikuti sejak awal proses [pembangunan PLTMH] kami,” ungkap Christin pada Bisnis.com, dikutip Rabu (22/2/2019).
Christin menyampaikan, emiten dengan kode saham TGRA tersebut telah melakukan penandatanganan kesepakatan melalui skema Sales and Purchase Agreement Batang Toru 3 Mini Hydro Project di Tokyo, 14 Februari 2019. Selain PLTMH Batang Toru, Mitsui dan Yonden pun menyatakan ketertarikan pada proyek TGRA lainnya.
Menurutnya, perusahaan Jepang membutuhkan waktu hingga 2 tahun dalam melaksanakan proses due diligence untuk mendapatkan hasil komprehensif. Proyek PLTMH dinilai prospektif untuk memenuhi kebutuhan listik yang meningkat.
Baca Juga
Pada proyek tersebut, nantinya Mitsui dan Yonden akan berkontribusi pada ekuitas dan sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan.
Terkait dengan investasi proyek pembangkit tersebut, Christin menyampaikan perseroan menggelontorkan hingga US$20 juta untuk pembangunan PLTMH. Mitsui dan Yonden akan berkontribusi ekuitas sebesar 30% dari total investasi tersebut.
Manajemen sebelumnya menyampaikan akan merampungkan dua proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Australia pada tahun ini. Saat ini, TGRA masih memproses pembangunan dua proyek PLTS di Negeri Kangguru dengan kapasitas masing-masing sebesar 5 megawatt dan 30 megawatt.
Berdasarkan perhitungan perusahaan, TGRA memprediksi sumbangan pendapatan dari PLTS di Australia jika keduanya telah beroperasi akan mencapai 35% terhadap total pendapatan satu-satunya emiten EBT tersebut.
Christin menyampaikan manajemen telah merintis pembangunan dua pembangkit listrik berbasis cahaya matahari tersebut sejak tahun lalu. Pembangunan PLTS di Australia tersebut dilakukan perseroan melalui entitas anak yaitu Terregra Renewables Pty. Ltd..
Perseroan membidik Australia sebagai sasaran ekspansi karena regulasi di negara tersebut yang ramah pengembangan dan penggunaan energi baru terbarukan.
Selain itu, potensi radiasi sinar matahari di Australia pun cukup bagus dengan penyerapan energi matahari secara efektif untuk PLTS mencapai 6—7 jam, lebih tinggi dari pada di Indonesia yang sebanyak 4—5 jam.