Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pertambangan batu bara PT Adaro Energy Tbk. masih menunggu pengajuan proposal (Request for Proposal/RFP) dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) terkait dengan keterlibatan perseroan dalam tender proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Sumatra.
Pelaksanaan proyek PLTS di beberapa titik di Pulau Sumatra tersebut akan dilaksanakan oleh entitas anak yang 100% sahamnya digenggam Adaro Energy, yaitu PT Adaro Power. Seluruh proyek di Sumatra tersebut diperkirakan menelan investasi hingga US$150 juta.
Wakil Presiden Direktur Adaro Power Dharma Djojonegoro menyampaikan, dari keikutsertaan perseroan pada tender PLTS di Sumatra tersebut sejauh ini telah mencapai tahap pra-kualifikasi. Untuk itu, perseroan akan menunggu kelanjutan dari otoritas kelistrikan negara.
“Kami sedang menunggu RFP dari PLN. Keseluruhan proyek yang kami ikuti memiliki total kapasitas 122 megawatt dengan proyeksi nilai investasinya sekitar US$120—US$150 juta,” ungkap Dharma saat dikonfirmasi Bisnis.com, Selasa (19/2/2019).
Dharma menyampaikan, perseroan terlibat dalam proyek jumbo tersebut sebagai bagian dari keterlibatan pada visi energi baru terbarukan (EBT) dan menangkap peluang permintaan energi di dalam negeri.
Sebagaimana diketahui, pada tahun lalu PLN melelang proyek PLTS dengan total kapasitas total 167,58 megawatt di Sumatra. Proyek tersebut terdiri dari beberapa paket yang tersebar di Aceh, Sumatra Utara, Riau, Kepulauan Riau dan Bangka Belitung, Sumatra Barat, Sumatra Selata, Jambi dan Bengkulu, dan Lampung. Manajemen Adaro sebelumnya membidik keterlibatan pada 5 proyek.
Baca Juga
Pengembangan EBT bukan hal baru bagi Adaro Power. Perusahaan tersebut pernah mengembangkan pembangkit listrik solar panel di wilayah operasi Adaro Energy di Kelanis, Kalimantan Tengah. Namun, pembangkit berkapasitas 100 kilowatt tersebut hanya digunakan untuk kebutuhan internal perusahaan.
Bisnis mencatat saat ini Adaro Power juga tengah melakukan konstruksi pada dua pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) perseroan yaitu PLTU Batang dan PLTU Tanjung. Keduanya akan menyerap batu bara ADRO hingga sekitar 8 juta ton per tahun.
Secara detail, PLTU Tanjung yang diprediksi selesai pada 2019 akan membutuhkan pasokan 1 juta ton batu bara per tahun, dan PLTU Batang yang akan selesai pada 2020 diperkirakan membutuhkan hingga 7 juta ton emas hitam per tahun. Untuk kedua PLTU tersebut, ADRO menggelontorkan investasi masing-masing US$545 juta dan US$4,2 miliar.