Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terseret Kekhawatiran Pertumbuhan Global, Rupiah Ditutup Melemah

Apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tak mampu berlanjut pada perdagangan pertama usai libur Tahun Baru 2019, Rabu (2/1/2019), saat mayoritas kurs di Asia melemah terhadap dolar AS.
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA – Apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tak mampu berlanjut pada perdagangan pertama usai libur Tahun Baru 2019, Rabu (2/1/2019), saat mayoritas kurs di Asia melemah terhadap dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot berakhir melemah 68 poin atau 0,47% di level Rp14.458 per dolar AS, dari level penutupan perdagangan terakhir sebelum pergantian tahun, Jumat (28/12/2018) ketika mampu menguat tajam 178 poin atau 1,22% ke level Rp14.390 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mulai tergelincir dari penguatannya ketika dibuka melemah 56 poin atau 0,39% di level Rp14.446 per dolar AS pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di level Rp14.390 – Rp14.439 per dolar AS.

Meski demikian, pelemahan rupiah hari ini masih kalah dari beberapa mata uang di Asia. Rupee India memimpin pelemahan di Asia dengan terdepresiasi tajam 1,05% terhadap dolar AS, disusul dolar Taiwan dan won Korea Selatan yang masing-masing melemah 0,71% dan 0,48%.

Dilansir dari Bloomberg, rupee India memimpin pelemahan mayoritas mata uang pasar negara berkembang (emerging market) di Asia ketika data manufaktur yang mengecewakan dari China dan beberapa negara lainnya di kawasan ini memperkuat kekhawatiran pertumbuhan global.

Aktivitas manufaktur di sejumlah negara Asia berorientasi ekspor merosot pada bulan Desember, tertekan oleh perang dagang AS-China dan memudarnya lonjakan sektor teknologi.

PMI China dari Caixin Media dan IHS Markit turun menjadi 49,7 dari 50,2, level terendah terendah sejak Mei 2017.

Angka ini mengonfirmasikan tren pada angka PMI resmi yang dirilis Senin (31/12/2018), yang menunjukkan penurunan ke 49,4 pada Desember, terlemah sejak awal 2016. Seperti diketahui, angka di bawah 50 menandakan kontraksi.

PMI Nikkei dan IHS Markit Taiwan juga turun menjadi 47,7 pada Desember dari 48,4 pada November, turun dari level 56,6 pada bulan yang sama tahun sebelumnya. Adapun PMI Korea Selatan tetap berada di wilayah kontraksi untuk bulan kedua berturut-turut, dengan ekspor jatuh pada bulan Desember.

Data PMI tersebut menunjukkan bagaimana perang dagang yang sedang berlangsung antara AS dan China mengganggu permintaan di berbagai pusat manufaktur Asia.

Tak hanya itu, laporan terpisah menunjukkan pertumbuhan ekonomi Singapura melambat dan harga rumah turun akibat terdampak tensi perdagangan global dan kenaikan suku bunga.

Menurut estimasi awal Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura yang dirilis hari ini, Rabu (2/1/2019), produk domestik bruto (PDB) naik 1,6% secara tahunan pada kuartal keempat tahun lalu dari kuartal sebelumnya.

Raihan ini lebih rendah dari revisi kenaikan sebesar 3,5% kuartal sebelumnya juga perkiraan median dalam survei Bloomberg terhadap sejumlah ekonom untuk ekspansi sebesar 3,6%.

”Sentimen risiko tetap bias terhadap penurunan, dengan lesunya data PMI China dan PDB Singapura yang memperkuat kekhawatiran tentang pertumbuhan,” kata Ken Cheung, seorang pedagang valas senior di Mizuho Bank, seperti dilansir dari Bloomberg.

“Perdagangan cenderung relatif sepi sebelum kembalinya pasar saham Jepang pada hari Jumat (4/1/2019) dan rilis data payroll nonfarm payroll AS. Dengan progres dalam mengakhiri shutdown di AS, kinerja bursa saham Amerika dan berita perdagangan AS-China kemungkinan akan menjadi penggerak utama.”

Berbanding terbalik dengan mayoritas mata uang di Asia, nilai tukar yen Jepang sebagai mata uang safe haven yang mendapatkan keuntungan dari keresahan global, mampu menguat 0,6% ke level 109,08 yen per dolar AS pada pukul 18.38 WIB.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau menguat 0,224 poin atau 0,23% ke level 96,309 pada pukul 18.28 WIB.

Pergerakan indeks dolar AS sempat kembali terkoreksi ke zona merah setelah dibuka naik tipis 0,057 poin atau 0,06% di level 96,142 pagi tadi. Adapun pada perdagangan Selasa (1/1/2019), indeks berakhir melandai 0,09% atau 0,088 poin di posisi 96,085.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper