Bisnis.com, JAKARTA — Emiten farmasi PT Phapros Tbk. (PEHA) menyiapkan rights issue dengan target dana antara Rp1 triliun—Rp2 triliun pada semester II/2019.
Direktur Keuangan Phapros Heru Marsono menyampaikan, perseroan berencana melakukan rights issue dengan melepas 20%-25% saham baru. Aksi korporasi ini diperkirakan akan dilakukan pada semester II/2019.
“Saat ini masih dalam kajian untuk rights issue. Target dananya Rp1 triliun—Rp2 triliun, masih dikaji. Karena memang kami perlu dana besar,” tuturnya, Rabu (26/12/2018).
Heru mengungkapkan, aksi rights issue perlu dilakukan karena perseroan akan melakukan sejumlah ekspansi, seperti mengakuisisi perusahaan farmasi dan perusahaan makanan minuman (mamin), serta pengembangan bisnis alat kesehatan dan kecantikan.
Pada 2019, perusahaan mengalokasikan belanja modal Rp350 miliar. Sumber pendanaan selain melalui rights issue juga berasal dari kas internal dan pinjaman perbankan.
Direktur Utama Phapros Barokah Sri Utami mengatakan, setelah melakukan IPO pada hari ini [Rabu, (26/12)], pemegang saham perseroan semakin mengetahui kegiatan investasi di pasar modal. Dengan demikian, investor semakin tertarik dengan aksi korporasi PEHA selanjutnya.
“Pemegang saham kami belum sepenuhnya mengatahui jual beli saham, jadi biar ada waktu pembelajaran,” imbuhnya.
Wanita yang akrab disapa Emmy ini menambahkan, PEHA sudah menyiapkan dana untuk melunasi Medium Term Notes (MTN) senilai Rp200 miliar yang jatuh tempo pada 30 Maret 2019. Surat utang tersebut memiliki kupon tetap 9,5% dengan jangka pembayaran bunga tiap tiga bulan.
Untuk menghadapi fluktuasi rupiah terhadap dolar AS, perusahaan juga berencana memperluas pasar ekspor ke Myanmar dan Nigeria, dari sebelumnya hanya Kamboja dan Filipina. Di Nigeria, perusahaan sudah mendapatkan izin untuk menjual produk Antimo.
“Memang porsi ekspor masih kecil di bawah 1% dari omzet, tapi kami akan pacu sebagai upaya natural hedging,” ujarnya.
Diharapkan pada tahun depan kontribusi penjualan dari pasar ekspor dapat mencapai 2%. Menurut Emmy, PEHA akan menambah produksi kurang dari 10% seiring dengan perluasan penetrasi pasar mancanegara. Saat ini, kapasitas produksi produk tablet mencapai 3 miliar per tahun.