Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Toba Bara Sejahtra (TOBA) Akuisisi BHP Senilai Rp789,1 Miliar

Emiten pertambangan PT Toba Bara Sjahtra Tbk. (TOBA) merampungkan akuisisi 100% saham PT Batu Hitam Perkasa (BHP) senilai US$54 juta atau Rp789,1 miliar pada 12 Desember 2018.
Pekerja memasang jaringan transmisi line 150 kilo volt (KV), Senin (17/12/2018)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Pekerja memasang jaringan transmisi line 150 kilo volt (KV), Senin (17/12/2018)./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA—Emiten pertambangan PT Toba Bara Sjahtra Tbk. (TOBA) merampungkan akuisisi 100% saham PT Batu Hitam Perkasa (BHP) senilai US$54 juta atau Rp789,1 miliar pada 12 Desember 2018.

Pada 12 Desember 2018, TOBA menandatangani perjanjian jual beli saham BHP senilai US$54 juta atau setara dengan Rp789,1 miliar, mengacu nilai tukar Rp14.613 per dolar AS. Perjanjian itu dilakukan dengan PT Agung Indonesia Mandiri (AIM) dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG).

“Dengan demikian, transaksi akuisisi BHP oleh TOBA sudah rampung,” tutur Direktur Toba Bara Sjahtra Pandu Sjahrir saat dikonfirmasi Bisnis, Senin (17/12/2018).

Sebelumnya, AIM dan SRTG masing-masing memegang 83,3% dan 16,7% saham  BHP. Adapun, BHP memegang 5% PT Paiton Energy (PE), yang mengoperasikan tiga pembangkit listrik berkapasitas total 2.045 MW dengan teknologi supercritical boiler.

Menurut Pandu, langkah akuisisi ini dilakukan untuk meningkatkan portofolio kapasitas pembangkit listrik TOBA sehingga dapat menjadi perusahaan energi terintegrasi. Paiton juga memiliki rekam jejak yang positif sejak beroperasi komersial pada 1999.

Saat ini, perseroan sedang mengerjakan dua proyek PLTU, yakni Sulbagut-1 berkapasitas 2 x 50 MW dan Sulut-3 berkapasitas 2 x 50 MW. Masing-masing PLTU ditargetkan beroperasi (Commercial Operating Date/COD) pada kuartal III/2020 dan April 2021.

PLTU Sulbagut-1 memiliki komposisi sponsor TOBA sebesar 60%, PT Toba Sjahtra 20%, dan Shanghai Electric Power Construction (SEPC) 20%. SEPC juga bertindak sebagai kontraktor di proyek senilai US$210 juta—220 juta ini.

Adapun, PLTU Sulut-3 memiliki komposisi sponsor TOBA sebesar 90% dan Synohydro Corporation Limited 10%. Nilai proyek mencapai US$205 juta—US$210 juta. Financial close ditargetkan pada Januari 2019.

Untuk pendanaan, TOBA mencairkan fasilitas kredit sebesar US$118,2 juta. Perinciannya, US$45,03 juta sebagai pelunasan pinjaman, US$54 juta untuk akuisisi BHP, dan sisanya US$19,17 juta untuk modal kerja.

Pandu menambahkan, perseroan juga akan mencari peluang akuisisi proyek kelistrikan lainnya sesuai amanat pemegang saham. Pada 2021, diharapkan kontribusi pendapatan dari pertambangan dan pembangkit listrik mencapai komposisi 50:50.

Per September 2018, perusahaan membukukan penjualan batu bara sejumlah 3,8 juta ton, naik 8,6% year-on-year (yoy) dari sebelumnya 3,5 juta ton. Volume produksi meningkat 8,1% yoy menuju 4 juta ton dibandingkan per September 2017 sebesar 3,7 juta ton.

Dari sisi keuangan, per September 2018 TOBA membukukan pendapatan US$304,1 juta, naik 43,9% yoy dari sebelumnya US$211,3 juta. Laba bersih meningkat lebih tinggi, yakni 53,9% yoy menuju US$45,9 juta dibandingakan per September 2017 sebesar US$29 juta.

Sementara itu, Kepala Divisi Hukum & Sekretariat Perusahaan Saratoga Investama Sedaya Sandi Rahaju menyamapaikan, sebagai suatu perusahaan investasi yang aktif, SRTG juga melakukan divestasi dalam rangka menyelesaikan siklus investasinya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper