Bisnis.com, JAKARTA -- Tren pelemahan harga CPO global masih menjadi tantangan bagi emiten sawit nasional, termasuk PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. Penjualan perseroan tercatat anjlok 10,8% pada kuartal II/2018. Namun, sejumlah sentimen diyakini dapat memperbaiki kinerja perseroan pada sisa akhir tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, emiten dengan sandi LSIP tersebut membukukan penjualan hanya Rp894,9 miliar pada kuartal II/2018 setelah pada periode sama tahun sebelumnya mencapai Rp1 triliun. Penurunan tersebut dikarenakan harga CPO yang tergerus 32% sejak Januari 2017.
Dari 15 analis yang dikonsensus Bloomberg, 11 di antaranya masih merekomendasikan buy, sisanya merekomendasikan hold.
Analis NHK Korindo Sekuritas Indonesia Joni Wintarja menyampaikan penurunan harga CPO memukul kinerja indeks sektor agribisnis, ditunjukkan dengan penurunan Bloomberg Agricultural Index sebesar 22,6% sejak awal 2017.
Kendati demikian, Joni meyakini kinerja LSIP akan membaik seiring kebijakan pemerintah untuk mengimplementasikan mandatori B20, atau bauran 20% minyak sawit pada bahan bakar sejak September 2018.
“Dengan kian meningkatnya harga minyak mentah, maka implementasi program B20 akan terakselerasi. Kondisi ini akan berdampak positif pada outlook industri CPO nasional pada 2019 karena akan meningkatkan permintaan pada produsen,” ungkap Joni.
Selain itu, Joni mencatat pemerintah juga menerapkan larangan konsesi baru untuk perluasan perkebunan kelapa sawit selama 3 tahun ke depan. Kebijakan ini otomatis akan membatasi produksi CPO nasional. Kombinasi dampak positif dari pembatasan konsesi dan B20 akan mengerek kinerja LSIP mulai akhir tahun ini.
Joni merekomendasikan buy saham LSIP dengan target harga pada Desember 2019 sebesar Rp1.380. pada penutupan perdagangan Rabu (24/10), harga saham LSIP tercatat melemah 1,19% atau 15 poin ke level Rp1.245.
Sementara itu, Analis Mirae Asset Sekuritas Andy Wibowo Gunawan mengungkapkan pada kuartal III/2018 kinerja LSIP diprediksi kian mengalami penurunan. Mirae Asset memproyeksikan LSIP akan membukukan laba bersih sebesar Rp102 miliar atau turun 6,3% dari kuartal sebelumnya.
Penurunan tersebut disebabkan pelemahan harga CPO sekaligus komoditas karet di tingkat global. Entitas menyebut laba bersih perseroan hingga September 2018 akan sekitar Rp326,9 miliar atau 58,6% dari estimasi capaian sepanjang tahun.
“Kami memprediksi produksi sawit inti perseroan pada kuartal III/2018 sebesar 361.000 ton atau naik 10% dari kuartal sebelumnya. Kenaikan produksi tersebut disebabkan oleh cuaca yang mendukung. Hingga September 2018, total produksi CPO perseroan akan sekitar 108.000 ton,” kaya Andy.
Meski produksi naik, harga CPO yang masih tertekan menyebabkan perusahaan diprediksi menderita penurunan penjualan 8,3%. Mirae Asset merekomendasikan hold dengan target harga sebesar Rp1.150.