Bisnis.com, JAKARTA – Bitcoin menuju penurunan terbesarnya dalam lebih dari dua pekan berturut-turut setelah sebelumnya sempat mengalami rebound hingga hampir 18% dari level terendahnya pada tahun ini.
Mata uang digital atau cryptocurrency terbesar itu mengalami penurunan sebanyak 6% pada sesi perdagangan Selasa (10/7), yang tercatat sebagai penurunan terbesar sejak 22 Juni dari harga komposit yang dikompilasi Bloomberg.
Pada perdagangan sesi Rabu (11/7/2018), tercatat bitcoin berada di posisi US$6.331 per bitcoin, turun 58,85% secara year-to-date. Pada sesi sebelumnya, Selasa (10/7), bitcoin mulai melemah dan diperdagangkan di bawah US$6.400. Nilai mata uang itu terjun hingga lebih dari US$20 juta dalam semalam.
Reli pada mata uang digital tersebut juga sudah sangat langka di sepanjang tahun ini karena kekurangan momentum, setelah kemunculan sentimen apatis pada aset terpanas yang mengalami pertumbuhan tajam pada tahun lalu itu.
Direktur CCN, pusat dagang mata uang digital, Jonas Borchgrenvink mengatakan bahwa secara umum para investor dan ahli mata uang digital masih percaya bahwa bitcoin masih mampu melonjak hingga melebihi US$20.000 per bitcoin pada akhir 2018.
“Tetapi pelemahan di bawah US$6.000 juga tak terhindarkan,” ujarnya sesuai dengan laporan yang dikutip Bisnis, Rabu (11/7/2018).
Baca Juga
Sementara itu, harga mata uang digital lainnya seperti ether, mata uang protokol Ethereum Blockchain, anjlok lebih dari 10%. Pada 9 Juli lalu, harga ether bergerak di kisaran US$480, tetapi dalam 12 jam melanjutkan penurunan ke US$430 per ether.
Bursa mata uang digital CCN melaporkan bahwa potensi pelemahan bitcoin hingga di bawah US$6.000 masih tinggi karena volume perdagangannya rendah.
Bitcoin semakin kesulitan mempertahankan minat spekulator setelah harganya naik 1400% dalam 12 bulan sepanjang 2017 dengan melanjutkan pelemahan berlanjut sepanjang tahun ini.
Kurangnya minat pada mata uang digital itu tercermin dalam volume yang diperdagangkan. Data Bitstamp Ltd. pada Juni lalu bitcoin tercatat terjun ke level terendahnya selama lebih dari setahun.
Adapun, Google Trends Data menunjukkan bahwa pencarian kata ‘bitcoin’ di sistem pencarian online raksasa itu melemah mendekati titik terendahnya selama setahun belakangan.
Pasar mata uang digital mencatatkan penurunan nilai yang sangat tajam dari US$274 miliar menjadi US$252 miliar, anjlok sebesar 7%. Kemerosotan bitcoin dari US$6.700 menjadi di bawah US$6.400 membuat aset digital lainnya ikut melemah.
Indikator Jual Beli Divergence Analysis Inc.’s (DVAN) sempat memberikan sinyal positif pada perdagangan bitcoin setelah mata uang digital itu kehilangan lebih dari setengah nilainya pada sepanjang tahun ini.
Namun, indikator DVAN, yang menganalisis harga dan tren perdagangan bitcoin, menunjukkan bahwa tren penjualan yang dimulai pada 14 Mei lalu akan segera berakhir, mendorong semakin banyak sentimen dan potensi bullish bagi bitcoin.
Secara historis, saat garis tren dan aksi stop trading bertemu, harga bitcoin kemungkinan bisa kembali berbalik naik. Terakhir kali garis tersebut ditemukan pada 13 April, membuat harga koin digital itu melonjak hingga 22% tembus melebihi US$9.600 per bitcoin dari sebelumnya US$7.903 per bitcoin.
Pada pekan lalu, volume bitcoin kembali mencapai sekitar US$5 miliar, setelah sempat anjlok ke titik US$3,5 miliar. Sementara itu, pada pekan ini, volume bitcoin kembali mengalami penurunan hingga US$3,9 milar.
Pada beberapa hari ke depan, bitcoin diproyeksikan gagal rebound ke US$6.700 per bitcoin dan sangat mungkin untuk melemah ke bawah US$6.000 per bitcoin.
Token lain seperti Ziliqa, Aion, ICON, 0x dan Aelf, yang tercatat mengalami penguatan di hadapan bitcoin dan dolar AS sepanjang tahun ini, mulai melemah karena margin yang besar.
Adanya isu negatif dalam siklus bearish mata uang digital bisa membuat aset digital itu bersama dengan token lainnya semakin melemah.