Bisnis.com, WASHINGTON — PT Medco Energi Tbk terus berupaya mengembangkan pemanfaatan panas bumi di Sarrula, Sumatra Utara dan Ijen, Jawa Timur menyusul besarnya potensi energi di dua tempat tersebut.
Di Sarrula, menurut Direktur Utama Medco Hilmi Panigoro, studi untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi tahap ketiga sudah dimulai. Saat ini telah beroperasi 2 unit PLTP dengan kapasitas 220 Megawatt.
“Potensi di Sarulla mencapai 1.000 MW ini besar sekali. Selain itu kami juga sudah melalukan dua pengeboran untuk panas bumi Ijen,” tutur Hilmi kepada Bisnis, di sela-sela mendampingi kunjungan kerja Menteri ESDM Ignasius Jonan di Washington, Senin (25/6/2018).
PLTP Sarrula merupakan proyek pembangkit panas bumi kontrak tunggal terbesar di dunia telah dimulai konstruksinya pada 2014.
Proyek dengan skema pengembang swasta (independent power producer/IPP) tersebut dibangun oleh konsorsium Inpex Geothermal Sarrula Ltd, Itochu Corporation, Kyushu Electric Power Co Inc yang berasal dari Jepang, PT Medco Power dari Indonesia, Ormat Technologies dari Amerika Serikat, dan Sarulla Operation Ltd.
Produksi listrik dijual kepada PT Perusahaan Listrik Negara(Persero) dengan jangka waktu 30 tahun.
PLTP Sarulla unit kedua berkapasitas 110 MW secara komersial beroperasi pada Oktober 2017. Adapun unit pertama dengan kapasitas 110 MW telah beroperasi secara komersial pada Maret 2017.
Rencananya, kapasitas proyek pembangkit dari energi baru dan terbarukan ini ditargetkan mencapai 330 MW dan mampu melayani sekitar 2,1 juta rumah tanggan. Operasi secara komersial PLTP Sarulla unit ketiga dengan kapasitas sama 110 MW dijadwalkan pada 2018.
PLTP Sarrula yang merupakan proyek pembangkit panas bumi kontrak tunggal terbesar di dunia telah dimulai konstruksinya pada 2014. Produksi listrik dijual kepada PT Perusahaan Listrik Negara(Persero) dengan jangka waktu 30 tahun.
Hilmi menambahkan upaya menggali potensi panas bumi terus dilakukan Medco kendati memiliki risiko kegagalan cukup besar. “Ini mirip pengeboran minyak, risiko selalu ada. Tinggal bagaimana kita mengelolanya dengan baik.”